Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Di Setiap Udara yang Kuhela Engkau Menjelma Menjadi Barisan Puisi Cinta

Diperbarui: 13 Juni 2019   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: /juliaherdman.com

Berderet kalimat telah kusemat pada dinding-dinding waktu. Bacalah! Jika memang hatimu peka, maka akan engkau rasa betapa dahsyat tekanan vibrasinya. 

Pena di tanganku senantiasa menorehkan jalinan indah tentangmu. Itu menunjukkan betapa aku tak pernah bisa berhenti mencintaimu.

Bertumpuk diksi yang menari di pelataran puisi, sudahkah engkau resapi? Jika benar dirimu adalah pengamat kata-kata maka tak perlu banyak bertanya, mengapa semua yang kureka tertuju hanya kepadamu saja. 

Syahdan, berjuta perasaan memilih terjebak di seputaran almanak hari. Meski pagi tak kunjung memberi penghiburan, siang terlalu bimbang menyulut sepercik harapan. Senja pun mengaku tak kuasa menggapai asa. Dan malam menyerah di penghujung gulitanya tersebab tak mampu lagi menidurkan hati yang terlanjur dikuasai sunyi.

Entah mengapa di setiap udara yang kuhela engkau masih saja menjelma menjadi barisan puisi cinta tanpa bisa kucegah.

***

Malang, 13 Juni 2019

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline