Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Di Hadapan Rindu Aku Merupa Batu

Diperbarui: 12 Juni 2019   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

umber:wallpaperbetter.com

Bre, ini yang paling tidak aku suka dari persilangan waktu. Ada pertemuan pasti ada perpisahan. Mengapa harus begitu? Mengapa pertemuan tidak mengukuhkan diri sebagai sesuatu yang abadi?

Aku tergugu ketika siang itu kau mengecup keningku seraya berbisik, Neswari, jika pertemuan itu abadi, kita tidak akan pernah merasakan bagaimana indahnya sebuah perpisahan.

Indah? Di mana indahnya, Bre. Jika setelah kau pergi dadaku dipenuhsesaki oleh setumpuk rindu. Hingga aku tidak tahu mesti berbuat apa. Aku hanya duduk merenung menatap hadirnya pagi. Membiarkannya berubah menjadi siang. Lalu menjelma petang. Dan kemudian gulita itu datang, menyergapku.

Kau tahu, Bre? Di hadapan rindu aku merupa batu. Diam tak bergerak. Andai saja aku punya nyali untuk membunuh satu persatu anak-anak rindu ini. Tapi--ah, tentu saja tidak. Aku tidak mungkin berani melakukan hal sebodoh itu.

Saat ini, Bre. Aku hanya mampu terpaku mempertahankan rindu. Rindu yang tak pernah berhenti berfragmentasi. Membelah diri dengan durasi secepat lintas cahaya matahari menyentuh bumi.

Bre. Masihkan ada waktu untuk menitip anak-anak rindu yang berkembang biak ini di dadamu? Jika iya. Tolong secepatnya beri tahu aku.

***

Malang, 13 Juni 2019

Lilik Fatimah Azzahra




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline