Lelaki kopi menangkup pinggang perempuan senja. Menyibakkan berlembar mendung yang melabur di kedua sudut bola matanya.
Aku telah tiba. Memenuhi janjiku. Maka rebahkanlah anak-anak rindumu di seruak hangat bidang dadaku.
Perempuan senja memeluk erat bayang lelaki kopi. Menghidu aroma keringat tubuhnya yang wangi. Menghela udara pagi yang merebakkan uar pucuk dedaun kemangi. Menyelimuti satu persatu anak-anak rindu yang gigil dan nyaris mati.
Aku terlalu lama menanti. Maka biarkanlah hari ini kureguk habis sari pati cinta yang kaumiliki.
Lelaki kopi mengepakkan sayap-sayap elang perkasanya. Memberi ruang pada udara untuk menerbangkannya menuju hampar luas angkasa raya. Dibawanya serta perempuan senja yang bergelayut manja di dalam rengkuhannya.
Kita telah tiba, sayang. Di titik penghujung dunia yang kita impikan. Maka kuharap setelah ini tak ada lagi tuduhan. Apalagi mesti menghakimi keadaan. Bahwa waktu telah bersekutu dengan diriku, bertindak semena-mena memperlakukan anak-anak rindu.
***
Malang, 09 Juni 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H