Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Bercermin dari Keluarga Gus Dur dalam Merawat Semangat Keberagaman Ramadan

Diperbarui: 30 Mei 2019   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:bigstockphoto.com

Kehadiran Ramadan selalu istimewa di hati siapa saja. Tidak hanya di kisaran umat Islam. Namun juga di lingkup umat beragama lain. Mereka ikut pula merasakan kegembiraan dan keberkahan datangnya bulan suci Ramadan.

Ramadan memang berpotensi mengajarkan kita tentang banyak hal. Utamanya belajar menumbuhkan rasa empati dan solidaritas terhadap sesama tanpa pandang bulu. Selama menjalankan ibadah puasa kita menjadi mengerti dan paham, bagaimana rasanya menahan lapar dan haus yang kerap dialami oleh orang-orang yang tidak mampu.

Bukan hanya itu. Jika pada hari-hari biasa kadar ketakwaan dan kepedulian kita berada di titik paling bawah, maka kehadiran Ramadan seolah menjadi pendongkrak bagi kita untuk berlomba-lomba meningkatkan amalan ibadah kita. 

Merawat Semangat Keberagaman dalam Menyemarakkan Ramadan ala Keluarga Gus Dur

Bagi sebagian orang, datangnya Ramadan menjadi momen paling berharga untuk bisa berkumpul bersama keluarga. Sahur bareng, buka bareng atau melaksanakan kegiatan religi lainnya secara bersama-sama.

Namun tidak demikian dengan keluarga Gus Dur. Seperti yang pernah disampaikan oleh putrinya Yeni Wahid, bahwa bulan Ramadan justru merupakan bulan tersibuk di dalam keluarganya. Terutama Ibundanya, Sinta Nuriyah.

Sang ibunda nyaris sebulan penuh tidak pulang. Selalu berada di luar rumah. Berkeliling ke berbagai wilayah untuk menjalankan aksi sahur bareng yang sudah dirintisnya sejak tahun 2000.

Istri Alm. Gus Dur ini melakukan safari sahur bersama kaum duafa. Beliau tak segan menyisir kolong-kolong jembatan, menghampiri para pemulung, tukang becak, pedagang, nelayan dan kelompok marjinal atau minoritas lainnya untuk diajaknya bersama-sama bersantap sahur.

Yang patut diacungi jempol dari kegiatan sahur keliling Ibu Sinta Nuriyah ini adalah, beliau mewajibkan panitia penyelenggara sahur keliling berasal dari kelompok antar agama. Tidak hanya berasal dari umat Islam saja. Ini membuktikan bahwa apa yang dilakukan mantan Ibu negara tersebut bukanlah sekadar kegiatan sosial, tapi juga menjadi ajang dakwah untuk bertoleransi.

Ibu Sinta Nuriyah. Foto islami.co

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline