Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Raih Kemenangan, Singkirkan Amarah dan Dendam!

Diperbarui: 26 Mei 2019   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: istockphoto.com

Sebelum membahas lebih jauh tentang dampak buruk nafsu amarah, ada baiknya kita simak dulu ilustrasi berikut ini.

Suatu hari kita sudah berbuat baik terhadap seseorang dengan meminjaminya uang. Ketika tiba waktunya menagih, orang yang berhutang kepada kita bukannya melunasi hutangnya, ia malah habis-habisan memarahi kita. Menuding-nuding kita dengan ucapan kasar, "Dasar manusia pelit, kikir, medit!" dan lain sebagainya.

Apakah menghadapi hal semacam ini kita masih bisa menahan amarah?

Satu lagi. Suatu sore kita terjebak jalanan macet. Mobil yang kita kendarai sama sekali tidak bergerak. Padahal kita sedang dikejar waktu untuk melakukan sesuatu yang penting. Kita lantas meluapkan emosi dengan memukul pintu mobil dan berteriak marah-marah,"Ini semua salah Jokowi!"

Dua ilustrasi di atas hanya contoh dari sekian banyak bentuk ekspresif kemarahan kita. Jika dihitung-hitung, berapa kali dalam sehari kita mengumbar amarah? Berapa orang yang sudah kita lukai perasaannya, baik sengaja maupun tidak?

Bersyukur Ramadan yang penuh berkah hadir kembali. Ramadan adalah semacam ajang candradimuka bagi kita khususnya umat Islam. Di dalamnya selama 1 bulan kita ditempa untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Diuji agar bisa mengendalikan hawa nafsu. Dan salah satu nafsu yang paling sulit diredakan adalah nafsu amarah.

Memang, manusia tidak bisa terlepas dari nafsu yang satu ini. Bahkan dalam satu hadist disebutkan,"Sesungguhnya Muhammad Saw juga manusia biasa, bisa marah seperti halnya manusia lain." (HR. Muslim)

Hadist tersebut menjelaskan, bahwa manusia seperti Rasulullah pun bisa tersulut emosi. Namun tentu saja kapasitas kemarahan beliau berbeda jauh dengan kemarahan kita. Rasulullah marah berkenaan dengan kepentingan agama bukan kepentingan pribadi. 

Itu pun beliau tidak mengumbar kemarahan sampai berlarut-larut. Beliau mudah sekali memaafkan. Lah, kita? Kalah pemilihan ketua RT saja ngambeknya bertahun-tahun. Dendamnya sampai tujuh turunan.

Mari kita sudahi saja segala bentuk kemarahan yang sesungguhnya sangat merugikan diri sendiri. Sebab amarah itu lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Utamanya ditinjau dari segi kesehatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline