Aku Ingin Meletakkan Hatiku di Atas Meja Kamarmu
aku ingin meletakkan hatiku di atas meja kamarmu
agar saat membuka mata, kaulihat ia berdansa
mempersembahkan tarian cinta, untukmu
aku ingin meletakkan hatiku di atas meja kamarmu
agar saat terjaga, kaudengar irama detaknya
tak henti menyebutkan satu nama, namamu
dan aku selalu ingin meletakkan hatiku
di atas meja kamarmu
sampai aku yakin
tak ada mimpi-mimpi yang berhasil
mengusik lelap tidurmu
kecuali satu mimpi tentang, aku
***
Alhamdulillah, hari ini saya telah sampai pada karya ke-999. Satu langkah lagi menuju 1000!
Barangkali kegembiraan saya terlalu berlebihan. Sebab dibandingkan dengan Pak Tjiptadinata Effendy, Pak Rustian Ansori, Mas Mim Yudiarto, atau penulis lain yang aktif menulis di Kompasiana, jumlah tulisan saya belumlah seberapa. Masih kalah jauh. Namun demikian saya patut berucap syukur karena sampai detik ini masih diberi waktu dan kesempatan untuk menapaki dunia tulis menulis--khususnya fiksi dengan beragam lika-likunya.
Sekadar flashback.
Menulis bagi saya seperti udara. Tidak bisa terpisahkan dari kehidupan saya. Saya menghirup dan mengembuskannya setiap waktu. Ya, saya mengungkapkan bermacam perasaan saya dengan menulis. Ketika saya sedih, putus asa, diuji sakit, jatuh cinta, rindu dan bahagia, semua tertuang dan mengalir dalam tulisan-tulisan saya.
Lebih Banyak Berbicara Tentang Perempuan
Tentu saja. Karena saya terlahir sebagai seorang perempuan. Jadi saya bisa merasakan bagaimana seutuhnya menjadi seorang perempuan. Saya telah melewati metamorfosa selayaknya seorang perempuan dengan beragam pergulatan batin.