Jika di suatu pagi yang dingin. Mendadak engkau merindukanku sedemikian ingin. Lalu kau berusaha mencari keberadaanku. Kuberitahu. Mungkin aku sedang berada di sini. Di istana langit milik Ratu Bidadari.
Aku sedang sibuk mengumpulkan halimun. Untuk kujadikan bulir-bulir tetes embun. Sebagai hidangan pembuka pagi. Atas pengobat hati yang sekian lama dilanun penyamun sepi.
Jika di suatu siang. Tetiba engkau begitu terkenang-kenang, akan senyumku. Lalu berusaha menapak tilas jejakku. Kuberitahu. Mungkin aku sedang berada di sini. Di istana mewah milik Dewa Matahari.
Aku sedang menganyam serpihan-serpihan terik. Untuk kujadikan puisi berlarik-larik. Sebagai penghiburan. Atas hati yang tlah pupus dirundung bimbang.
Jika di suatu senja. Mendadak engkau tak kuasa ingin bersua, denganku. Kuberitahu. Mungkin aku sedang berada di sini. Di istana sunyi para penyigi.
Aku sedang belajar menjadi peneliti. Untuk mendeteksi seberapa besar kekuatan hati para kekasih, yang tetiba ditinggal pergi. Ketika hati tengah birahi mencintai.
Jika di suatu malam. Hasratmu begitu besar tak terbendungkan, ingin memeluk erat tubuhku. Kuberitahu. Mungkin aku sedang berada di sini. Di istana fiksi para perompak mimpi.
Aku sedang menyulam berhelai-helai pusaran angin. Untuk kujadikan sayap-sayap burung Darwin. Agar saat tiba musim penghujan. Mereka bisa pulang beriringan menuju sarang. Bersatu lagi dengan para kekasih, yang sekian lama tak ditemui.
Lalu. Jika di suatu waktu yang kapan dan entah. Tetiba aku ingin bersua, denganmu. Di mana aku bisa menemukanmu?
***