Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Puisi | Ketika Langit Kita Terlihat Berbeda

Diperbarui: 10 April 2019   18:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: shutterstock

Aku melihat bintang-bintang riang menggelar perhelatan. Menari diiringi lantun tembang rindu dan kenangan. 

Sementara engkau bersikukuh bahwa mendung sedang menggelayut pilu. Memainkan orkestra haru biru siap menjatuhkan butiran-butiran hujan yang riuh menggebu.

Ini malam yang sangat menawan, kataku. Waktu yang indah untuk kita duduk berhadapan. Berdua. Meneguk secawan anggur merah di beranda.

Ini malam yang sungguh mengerikan, katamu. Hujan badai akan turun memporakporandakan tatanan bunga-bunga dan pepohonan yang pernah kita tanam bersama di halaman.

Bagaimana bisa langit yang terhampar luas tampil sedemikian? Padahal kita sedang duduk menatapnya dari tempat dan jangkauan yang sama. Mungkinkah ada yang salah dari semasing penglihatan? Atau, diam-diam mata hati telah memilih untuk tidak lagi saling menaruh peduli.

Aku berharap bintang Waluku seketika menjatuhi kepalaku. Kupastikan engkau gegas berlari mendapatiku. Mengelus rambut ini, yang lama terbiar kusut masai. Lalu, membauinya dan menghidu kembali aroma wangi melati yang sempat kauhindari.

Sementara, kau berkeinginan tempias hujan bertubi menghantam wajah lelah lelakimu. Dan aku datang dengan sepenuh kecemasanku. Mengecup lembut kedua pipimu. Lalu mata kita saling bertemu. Bertatapan. Berusaha menemukan kembali cinta yang nyaris kehilangan kepercayaan.

Selanjutnya. Apa kau melihat hal yang sama sepertiku? Langit tersipu. Ia, tak lagi tampil dalam wujud yang menyaru.

***

Malang, 10 April 2019

Lilik Fatimah Azzahra




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline