Di mana letak kesalahanku, ketika Reno menjatuhkan pilihannya terhadapku? Terhadap gadis yang diselamatkannya dari cengkeraman malam yang mengerikan dan tak terlupakan seumur hidup.
Tapi, begitulah. Masyarakat begitu mudah terprovokasi serta sulit memaafkan. Atau--lebih tepatnya budaya kita adalah budaya nyinyir. Sekalipun pada kenyataannya orang yang dinyinyirin belum tentu bersalah.
Seperti aku. Aib itu sudah terlanjur tercoreng di sekujur tubuhku.
Aku tak lebih menjijikkan dari seonggok sampah yang hanya pantas dikerubuti lalat-lalat liar.
Sementara Reno. Ia adalah sosok pria tajir sejak lahir. Ayahnya seorang pengusaha terkenal yang asetnya merambah hampir ke seluruh penjuru dunia. Dan Reno, sebagai anak satu-satunya, tentu saja akan menjadi pewaris tunggal dari kerajaan bisnis menggurita yang dimiliki oleh Ayahnya.
Lalu sekali lagi, di mana letak kesalahanku? Apakah karena aku berasal dari keluarga miskin? Atau--karena aku pernah menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh segerombolan pemuda berandalan yang sedang mabuk di malam itu? Lantas mereka--orang-orang itu, menganggap aku sama sekali tidak sepadan dengan Reno dan keluarganya yang memiliki derajad lebih tinggi.
Tapi banyak orang melupakan satu hal. Bahwa untuk cinta, harta dan materi bukanlah segala-galanya. Cinta ya cinta. Itu saja. Tanpa harus diikuti oleh embel-embel dan syarat lain. Sebab cinta itu berurusan langsung dengan masalah hati.
Jadi persetan dengan segala tetek bengek yang mengatasnamakan cinta!
"Kedekatanmu dengan Reno bukan karena silau harta kekayaannya, bukan? Jika iya, maka kau pantas menyandang predikat kelompok perempuan Demit!"
"Demit?"
"Ya, demit. Demi duit!"