Kau pasti tidak tahu. Bahwa di setiap hela dan embusan napas kusematkan satu turus. Sebagai penyangga agar hati tidak mudah pupus dan patah.
Seperti kata Rumi. Cinta yang dibangkitkan dari khayalan yang salah dan tidak pada tempatnya ia bisa menjadi ekstasi.
Tentu saja aku tidak menginginkan hal itu. Aku ingin cinta dalam wujud nyata. Diletakkan pada tempat semestinya. Bukan cinta semu. Apalagi ambigu. Sebab aku ini adalah sebenar-benar pemilik dan penguasa rindu.
Kau pasti tidak tahu. Turus cinta yang kucanang sudah tiada terbilang. Jadi, kapan engkau datang? Kutakutkan. Saat kau tiba. Turus-turus cinta di hatiku sudah berubah menjadi jeruji penjara.
***
Malang, 05 Februari 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H