Cinta bukan sekadar kata-kata yang diucapkan di ujung lidah. Ditelan lantas diludahkan kembali begitu saja.
Cinta adalah ketika kau ikut merasa bahagia. Saat melihat purnama, indah berpendar dari kedua bola mata dia--kekasihmu. Yang mencintaimu melebihi dari segala sesuatu.
Jika sampai detik ini kau mengaku masih belum juga memahami perihal cinta, baiklah. Mari sini. Kita perbincangkan sekali lagi. Dengan sepenuh hati. Hingga kau benar-benar paham dan mengerti.
Cinta adalah ketika ia, di suatu hari merajuk manja kepadamu. Meminta sedikit perhatian darimu. Membumbuinya dengan setitik cemburu. Meramunya dengan percikan api rindu. Lalu, berharap kau sudi memahami. Bukan memarahi.
Sebab cinta pada dasarnya adalah menguji sabar. Meski kadang kau harus rela berkelit dari perhitungan logika dan kejernihan nalar.
Mungkin kau menganggapku terlalu banyak bicara. Utamanya menyoal risalah cinta. Tapi memang harus begitu. Aku hanya sekadar ingin mengingatkanmu.
Sekarang, gegaslah bergerak! Sebelum pendulum waktu benar-benar berhenti berdetak. Dan, sebelum kekasihmu yang baik hati ini memilih menjadi ronin yang memberontak.
***
Malang, 31 Desember 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H