Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Cerpen | Setan Zona Merah

Diperbarui: 30 November 2018   04:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

yesmuslim.blogspot.com

Perempuan kurus itu duduk dengan tubuh gemetar. Wajahnya pucat pasi. Sesekali ia menyeka airmata menggunakan ujung hijabnya yang lusuh. Sementara bayi mungil dalam pelukannya tertidur pulas.

"Saya sudah mengingatkan Dimas, Bu Intan. Zona empat kilometer sangatlah rawan. Sering terjadi pembegalan di sana," tanpa kuminta perempuan itu mulai bertutur. Pandangannya terpaku pada sosok pemuda yang terbujur diam di atas ranjang. 

"Dan kekhawatiran saya pun terbukti. Penusukan itu, entah dilakukan oleh siapa..." Perempuan itu kembali sesenggukan.  

Aku menggeser dudukku. Mengelus perlahan punggung bayi dalam gendongannya.

"Bagaimana respon suami Ibu?" tanyaku hati-hati.

"Ia sangat marah. Ia mengatakan saya tidak becus mengurus anak karena membiarkan Dimas keluyuran hingga larut malam," jawab perempuan itu dengan suara bergetar. "Tapi saya tidak peduli dengan kemarahan suami saya. Saya tahu ini bukan kesalahan Dimas. Anak itu beritikad baik. Ia hendak mengembalikan buku yang dipinjam dari Bu Intan."

"Saya ikut prihatin," aku menghela napas panjang.

"Terima kasih, Bu. Kelak jika Bu Intan sudah menjadi seorang Ibu, pasti akan tahu bagaimana perasaan saya."

Aku terdiam. Mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut perempuan lugu itu. Kupandangi sosok mungil dalam gendongannya berlama-lama. Tanganku terulur. Membetulkan letak ujung selendang yang berjuntai.

Sekejap pandanganku beralih ke arah Dimas, murid bimbinganku yang sebentar lagi menghadapi Ujian Nasional. Pemuda itu kini hanya bisa terlentang di atas ranjang. Sebagian tubuhnya terbalut perban. Sontak dadaku terasa sesak. 

Hhh, entah apa yang terlintas dalam pikiran para begal saat mencegat bocah ingusan itu. Apa yang bisa dirampas darinya? Sepeda motor butut? Sebegitu murahkah harga nyawa seorang manusia hingga tidak lebih berharga dari sebuah motor tua?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline