Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Saling Menginspirasi di Dunia Maya, Mungkinkah?

Diperbarui: 26 November 2018   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Unsplash)

Berteman di dunia maya? Apa serunya? Eit, jangan salah. Menjalin pertemanan dengan mahluk maya, bisa kok menciptakan keseruan-keseruan yang sama seperti kita menjalin pertemanan di dunia nyata. 

Sekalipun tidak pernah bersitatap muka secara langsung, namun dengan adanya interaksi secara intensif serta menjaga sikap yang tetap beradab, insya Allah akan tercipta suasana pertemanan dumay yang kondusif dan menyenangkan.

Saya sendiri tertarik menjalin pertemanan di dunia maya ini karena ingin mengambil sisi positifnya--sisi kebaikan yang diharap bisa membawa manfaat tidak saja untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain.

Menengok sekilas ke belakang. Beberapa tahun lalu saya hanyalah seorang Ibu yang gaptek teknologi. Saya mengenal dunia maya--awalnya facebook, itupun dari anak-anak. Saya yang meminta untuk dibuatkan akun. Dan tujuannya waktu itu, untuk mendampingi siswa-siswi bimbel saya yang lebih dulu bermedsos ria di sana.

Kehadiran saya di dunia ciptaan Mark Zuckerberg ini sedikit banyak meredam langkah anak-anak, menjadikan mereka agak sedikit sungkan karena saya ikut hadir setiap kali mereka mengunggah postingan yang menjurus ke arah hal-hal yang kurang baik.

Dari sanalah kemudian saya mulai mengisi kekosongan dinding laman dengan mengunggah kisah-kisah inspiratif pendek. Semacam cerpen atau dongeng para Nabi yang--lagi-lagi saya tujukan untuk anak-anak didik saya. Dan Alhamdulillah, mereka suka dan berkenan.   

Semakin ke depan saya mulai jauh berselancar. Melirik sesuatu yang baru yang menarik minat saya.

Akhirnya bertemulah mata saya dengan komunitas-komunitas penulis di seluruh penjuru dunia maya.

Gayung bersambut. Sudah lama saya ingin memperdalam dunia literasi. Dengan bergabung bersama komunitas penulis saya merasa mendapat banyak ilmu dan manfaat yang selama ini tidak pernah saya bayangkan.

Sayapun mulai rajin mengikuti event-event menulis. Dari hanya menjadi peserta pupuk bawang, yang berada di barisan paling belakang, yang dipandang sebelah mata--karena memang kualitas tulisan saya masih jauh dari kata layak, sampai akhirnya bisa sejajar dengan barisan mereka. Sungguh perjalanan yang sangat mengharukan.

Salah satu sertifikat awal mengikuti sebuah event. Foto dokpri

Dan rasa haru itu kian membuncah manakala karya-karya saya katut--diikutsertakan dalam antologi buku yang diterbitkan bersama.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline