Dalam menampilkan sebuah karya tulis, khususnya fiksi, dialog memiliki peran yang sangat penting. Sebab dengan adanya dialog pembaca bisa memahami unsur-unsur yang terkandung di dalam sebuah cerita. Dialog yang tercipta--yang dikemas secara apik dan menarik, akan mampu menggiring pembaca merasa nyaman mengikuti alur yang disuguhkan.
Selain itu dialog bisa juga sebagai petunjuk untuk mengetahui perbedaan karakter tokoh-tokoh, mengetahui setting atau latar yang ada di dalam sebuah cerita.
Meski seorang penulis bisa saja menjabarkan cerita dari awal hingga akhir dalam bentuk narasi panjang minim dialog, namun kehadiran dialog tetap sangat dibutuhkan. Hal ini tentu saja untuk menghindarkan timbulnya perasaan boring akibat membaca penjabaran narasi yang panjang lebar dan monoton.
Sejauh mana dialog diperlukan dalam sebuah karya fiksi?
Mari kita perhatikan contoh penggalan narasi berikut ini;
Pak Lukman adalah seorang yang gemar mengomentari politik. Segala sesuatu yang berbau politik akan dikritiknya habis-habisan. Tak terkecuali keadaan politik dewasa ini. Yang menurutnya tidak semakin membaik, justru membuat suasana negeri semakin kacau.
Sore itu Pak Lukman melampiaskan kekesalannya pada istrinya.
Bu Prita--istrinya sedianya ingin menyahut, tapi urung.
Selanjutnya mari kita perhatikan contoh dialog berikut ini;
"Politik di negeri ini semakin hari semakin menggelikan!" Pak Lukman berseru lantang. Istrinya ingin menyahut, tapi urung.
Dari dua contoh cuplikan narasi dan dialog di atas, kita bisa merasakan bagaimana dialog memiliki kekuatan, mampu menghidupkan dan menopang sebuah cerita tanpa harus mengurangi rasa dan greget yang ingin disampaikan oleh si penulis. Bahkan dengan adanya dialog cerita yang disampaikan terkesan lebih mudah dicerna, jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan narasi yang disuguhkan secara berkepanjangan.