Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Puisi | Lelaki yang Ingin Menikahi Hujan

Diperbarui: 29 Oktober 2018   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:urbanlegendsonline.com

Lelaki itu baru saja menganyam keranjang dari sayatan bilah bambu kenangan. Mengisinya dengan aneka hantaran. Bulir-bulir embun yang dipetik dari kebun. Dihias pita-pita beraneka warna. Berbentuk sayap kupu-kupu dan bunga-bunga.

Sekeping cahaya matahari. Yang digantangnya tadi pagi. Diselipkan pada keranjang sebelah kiri. Disemat dengan peniti. Agar tak terlepas nanti. Saat keranjang dibawa pergi.

Sehelai kain pelangi. Digunting ujung kanan dan kiri. Dijelujur sedemikian rapi. Membentuk pola hiasan hati.

Sudah lama sekali. Lelaki itu ingin mempersunting hujan. Sejak hujan diperkenalkan. Pertama kali. Oleh sekawanan elang yang tersesat dan kehausan.

Hantaran sudahlah siap. Lelaki mengenakan tuxedo lengkap. Tinggal menunggu kereta yang dipesan. Yang akan mengantarnya menuju istana hujan.

Di langit, para bidadari sibuk merias hujan. Dipasangkan mahkota pada kepalanya. Manik-manik berkilau menghiasi kuku-kuku beningnya. Gaun hijau tosca membalut tubuh rampingnya. Hujan di senja itu, sungguh, amat cantik dan memukau.

Ini hari sudah beranjak malam. Lelaki yang ditunggu tak kunjung datang. Hujan mulai gelisah. Lalu dengan langkah tergesa. Hujan perawan turun meninggalkan istana.

Ah, ternyata. Lelaki yang ingin menikahi hujan. Tertidur pulas di pelataran. Memeluk angan. Kesepian.

***

Malang, 29 Oktober 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline