Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Puisi | Kamar Bersalin

Diperbarui: 23 Oktober 2018   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:healthline.com

Entah mengapa dinamai kamar bersalin. Tentu tak perlu diperdebatkan. Juga, mengapa penghuninya ibu-ibu yang kelelahan. Tapi kemudian tersenyum dan melupakan. Memilih memeluk bahagia lebih dari segalanya. 

Lihat pula di sana. Di depan kamar bersalin. Bapak-bapak menunggu di sudut teras. Dengan wajah harap-harap cemas. Ada sebagian wira-wiri tanpa suara. Bungkam. Namun di relung hati paling dalam, tentu saja banyak hal yang dibicarakan.

Sudah berapa generasi terlahir dari kamar bersalin. Yang ukurannya tak lebih luas dari lapangan bola. Cukup sekadar leluasa tuk hirup udara. Embuskan napas panjang. Sebagai bekal menyongsong buah hati yang digadang-gadang.

Sudah berapa paduan suara tercipta. Dilantun oleh bibir-bibir mungil menyapa dunia. Lengking tangis tanpa airmata. Adalah senjata ampuh yang mampu membuat runtuh. Bahkan hati yang mengaku membatu bak gunung berpuncak salju. 

Rumah bersalin akan selalu ada. Tak pernah menutup pintu- pintu kamarnya. Bagi para malaikat yang datang bertandang. Memandu tamu-tamu kecil kesayangan. Kekasih Tuhan.

***

Malang, 23 Oktober 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline