Kita, hari ini. Baru saja usai belajar melukis di atas pasir. Menoreh harapan di tepian pesisir. Aku menggambarinya rembulan. Sedang engkau menggurat sketsa anak tangga. Kita tak peduli meski ombak datang silih berganti. Menerjang. Berebut menghapus coretan yang kita buat berulang-ulang.
Kita, hari ini sedang belajar menari di atas panggung dingin bersalju. Aku menari Serimpi. Sedang engkau menari Beksan. Kita tidak peduli. Meski irama yang dimainkan berbeda harmoni. Kita tetap saja menikmati. Sebab katamu, menikmati begitu dekat dengan rasa mensyukuri.
Kita, hari ini sedang belajar melabur langit. Dengan keinginan berwarna-warni dan agak rumit. Aku menyukai warna jingga. Sedang engkau memilih biru cerah. Kita tak peduli pada perbedaan warna yang ada. Sebab perbedaan warna nyatanya terlihat begitu indah.
Kita, hari ini sudah belajar menanam cinta. Jika sekiranya apa yang kita tanam tak jua berbuah. Mungkin sebaiknya kita melaraskan langkah. Lalu duduk bersimpuh berdua. Di atas hampar sajadah. Setelahnya, bersama-sama menderaskan doa-doa.
***
Malang, 22 Oktober 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H