Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Puisi | Langit di Pecinan Masih Cerah

Diperbarui: 19 Oktober 2018   05:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:Pixabay

Win, pagi ini, kau bukalah jendela. Lalu lihatlah. Adakah langit berubah warna? Setelah sekian tahun kita dipisahkan oleh takdir yang tak sudi lagi berbaik hati kepada kita.

Win, usap bening airmatamu. Bukankah langit di Pecinan masih utuh? Kau belum tertimpanya, bukan? Meski pernah kau katakan,"Berpisah darimu, Oen. Aku bisa mati."

Memang telah kudengar berkali-kali. Kabar itu. Tentang bagaimana kau berusaha membunuh harimu. Dengan bermacam-macam upaya. Di antaranya, kau membiarkan hatimu dirajam beku. Dirukdapeksa sembilu. Meski banyak cahaya api. Berhamburan. Di sekelilingmu. Menawarkan kehangatan. Kau masih saja terpekur diam.

Win, aku senang sekaligus sedih. Mendengar kau masih bertahan sendiri. Hingga kini. Itu menunjukkan betapa setia hatimu. Sementara aku. Sejak berpisah darimu, tlah kuakrabi sunyi sedemikian rupa. Kugumuli sepi tiada berjeda.

Win! Jangan terisak begitu. Kau tahu aku tak lagi mampu menjangkaumu. Apalagi mesti memelukmu. Dunia kita kini semakin jauh.

Meski dari sini, dari tempat yang belum pernah kau singgahi. Aku bisa melihat. Langit Pecinan di atas kotamu, masih cerah dan tampak begitu hangat.

***

Malang, 19 Oktober 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline