Kisah sebelumnya : Pendekar Caping Maut tidak berhasil merebut Kitab Kalamenjara dari tangan Sri Kantil. Sekalipun ia berhasil menebas leher Nini Surkanti. Sri Kantil berhasil diselamatkan dan dilarikan oleh pendekar muda tak dikenal.
----------
Tubuh Nini Surkanti menggeliat. Kepalanya yang terlepas menggelinding cepat bak roda pedati. Lalu menancap tepat ke lehernya yang berlumuran darah.
Aji Rawarontek! Ya, perempuan berusia hampir satu abad itu memang menguasai ajian tersebut. Dalam sekejap tubuhnya utuh kembali. Tak ada luka sedikit pun. Sembari memainkan tongkat di tangannya ia tertawa terbahak-bahak.
Tawanya menggema ke seantero hutan. Mbah Brojo dan Pendekar Caping Maut yang sedang duduk berhadapan saling berpandangan.
"Kau dengar tawa Nenek Peot itu, Diman? Nini Surkanti hidup lagi!" Mbah Brojo berdiri dari duduknya.
"Kenapa Mbah tidak mengatakan padaku kalau perempuan itu menguasai ajian Rawarontek?" Pendekar Caping Maut ikut beranjak. Pandangannya seketika terbuang jauh.
"Kau nyaris tidak memberi kesempatan padaku untuk mengatakannya, Diman. Hatimu terlalu sibuk dengan pikiran ingin menguasai Kitab Kalamenjara itu!" sembari berkata demikian Mbah Brojo melesat pergi. Membiarkan murid kesayangannya berdiri termangu.
***
Kini dua pendekar berumur saling berhadapan. Nini Surkanti menghentikan tawanya. Sementara Mbah Brojo menatapnya tak berkedip.
"Bandot tua! Untuk apa kau perlihatkan wajahmu di hadapanku?" sinis Nini Surkanti menegur Mbah Brojo.