Aku bertemu denganmu dalam suasana yang amat ganjil. Teramat sangat ganjil. Kau sedang berada di keramaian. Tapi kau mengaku begitu kesepian. Kau tertawa terbahak-bahak. Tapi batinmu bilang, aku sedang menangis terisak.
Bukan hanya itu. Aku melihat kedua sorot matamu tak terarah pada satu titik. Titik yang satu berada di utara. Sedang titik yang lain menyingkir ke selatan. Dan yang lebih parah. Saat kau melangkah. Tepian jalan kau kira tengah. Jembatan tinggi kau sangka marka.
Aku mengenalmu dalam keadaan yang amat rumit. Teramat sangat rumit. Kau berfikir dunia yang kita pijak ini tidak bisa dipercaya. Menurutmu begitu banyak angka dan kata berubah-ubah. Angka enam bisa menjadi sembilan. Kata hantu bisa menjadi tuhan.
Lalu aku tergerak ingin menggenapi keganjilanmu. Aku sengaja datang, duduk di sisimu. Berharap kau tak lagi merasa sendiri atau menjadi pemuja sepi. Yakinlah ada aku. Yang tak pernah berhenti mencintai.
***
Malang, 27 September 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H