Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Puisi | Inilah Bahagia Itu

Diperbarui: 22 September 2018   16:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Pixabay)

Bahagia itu sederhana. Katamu. Saat pagi kau buka jendela. Menyaksikan embun bercumbu di pucuk dedaun. Menangkap basah cahaya matahari, mengecup pipi bunga-bunga yang rekah. Itulah bahagia tiada terkata.

Bahagia itu tidak sulit. Katamu. Ketika kau menyaksikan hujan berkelindan dengan awan. Berbagi kasih dengan penghuni alam. Menghamili gadis-gadis rerumpun padi. Menghidupkan tanah cadas yang garing, merambahi sungai-sungai tandas nan gering. Itulah bahagia tiada terbanding.

Bahagia itu mudah. Katamu. Kala kau temukan jala keramba siang. Bertukar tempat dengan waring rembulan. Tanpa pertikaian. Tanpa sedu sedan. Ikhlas berbagi cuaca, udara dan angin. Saling mencicip panas dan dingin. Itulah bahagia yang paling diingin.

Bahagia itu relatif. Katamu. Begitu kau temui sisa luka di masa lalu. Kau jumputi serpihannya satu persatu. Lalu kau masukkan ke dalam peti mati. Memakunya hati-hati. Memakamkannya di puncak gunung paling tinggi. Sembari berjanji. Tak akan membukanya kembali. Walau hanya sekali. 

Itulah bahagia yang paling dicari.

Bahagia itu indah. Ini kataku. Ketika kau seka bening di ujung mataku. Tanpa mengurai tanya ini dan itu. Apalagi sampai mendulang masa lalu. Di situlah aku merasa. Bahagiaku sesungguhnya adalah, kamu. 

***

Malang, 21 September 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline