Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Puisi | Menimang Pendulum Sunyi

Diperbarui: 15 September 2018   18:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:www.quotesideas.com

Aku baru saja hendak meminang mimpi ketika malam berkhianat ingkari janji. Ia menimang-nimang pendulum sunyi. Lalu meletakkannya di atas pusara waktu. Menggantikannya dengan derai riang tawamu.

Aku yang terbaring di tepi fajar menyaksikan malam semakin liar. Ia memelukmu, menangkup erat rusuk pinggangmu. Menyesapi segala keriuhan di rongga dadamu. Lalu menderasi mimpi yang baru saja bersiap menuju pelaminan dengan larik-larik puisi penuh pujian.

Kurasa malam diam-diam telah jatuh cinta padamu.

Tuanmu terlalu banyak drama di kepala. Ujarmu seraya tertawa. Menertawai aku dan sunyi--tentunya. Tepat pada dentang lonceng mercusuar ke sekian, kalian berdua---engkau dan malam, menari-nari merayakan kemenangan atas kekalahan berjejal-jejal kenangan. 

Sementara aku dan pendulum sunyi tercekam hening yang tak lagi bening. Menjadi tertuduh atas malam yang kian meriuh. Menjadi saksi atas sepotong hati yang tercuri.

Kukira kau sudah tahu. Hanya sengaja berpura-pura tidak tahu. Bahwa sebenarnya bukan malam yang jatuh cinta padamu. Tapi aku.

***

Malang,  15 September 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline