Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Puisi | Lelaki Rimbawan dan Bunga Sepatu

Diperbarui: 11 September 2018   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:www.unsplash.com

Pagi yang gigil. Lelaki rimbawan mulai memandu kisah yang muskil. Sesekali ia menggoreskan tinta pada wajah langit muram yang dekil. Menggambarinya dengan siluet bunga sepatu. Bukan lukisan tentang sekuntum mawar merah jambu.

Pada sepenggal perjalanan lelaki itu menyumpahi diri sendiri. Merutuk kutuk habis-habisan. Bajingan benar aku ini! Jatuh cinta pada bunga sepatu yang tumbuh liar di taman pikiranku. Sedang di dalam jambangan mawar merahku menunggu, merindu selentik dua lentik sentuhanku.

Lalu lelaki rimbawan yang pada dadanya meletup-letup lava gunung berapi. Sejenak membolak-balikkan selasar hati. Bukankah Tuhan kerap menjungkirbalikkan kenyataan? Manusia boleh menghitung matematika secara logika. Satu tambah satu harus sama dengan dua. Tapi di tangan Tuhan angka itu sewaktu-waktu bisa saja berubah.

Lelaki itu kian memeluk gigil yang meruam. Masih, di langit yang suram siluet bunga sepatu belum terhapuskan. Pada detik kesekian ia mengangkat kedua tangan. Pada kemiringan sepersekian di setiap ujung jemarinya mendadak berlompatan. Kata-kata. Serupa rapal mantra atau bisa jadi doa-doa. Yang ditujukan entah untuk siapa.

***

Malang, 11 September 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline