Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Puisi | Perjalanan Kata-kata

Diperbarui: 25 Agustus 2018   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:www.mobileremark.com

Kata-kata itu seperti kita. Kadang butuh tidur, kadang mesti lembur. Kadang ia sabar, tak jarang kurang ajar.

Seperti hari ini, kata-kata bangun pagi-pagi sekali. Menyeruak pintu kamar mandi. Menghampirimu yang sedang termenung, melamun di atas lingkaran jamban.

Padamu yang sedang melamun, kata-kata bebas mengumbar pertanyaan.

Mengapa wakil presiden mesti dipermasalahkan?
Mengapa si hijau melon semakin langka ditemukan?
Mengapa mencari kerja sulit sekali?
Dan mengapa harga-harga melonjak tinggi?
Sementara sigaret yang kuisap tinggal sebatang.
Ah, andai punya kebun tembakau sendiri. Atau punya pabrik rokok sekalian...

Ya, kata-kata di atas jamban. Bersamamu ia liar mengudar harapan.

Tapi itu hanya sebentar. Latu cerutumu berbaur dengan aroma jamban. Membuat kata-kata memilih hengkang. Ia berlari lintang pukang menuju pasar. Di mana tukang sayur setengah umur baru saja menggelar tikar.

Kata-kata mulai beraksi. Menghitung pembeli yang singgah di pagi ini. Baru beberapa bilangan. Kata-kata sudah merasa bosan. Ah, ya, di pasar hidup memang penuh perjuangan, juga perhitungan.

Kata-kata semakin jengah. Lagi-lagi aroma tak sedap datang menyergap. Bau keringat kuli pasar berbaur aroma balsam. 

Kata-kata kembali berlari. Ia ingin menghirup aroma wangi. Tapi kemana ia mesti mencari? Oh, itu dia di sana. Seorang gadis berseragam abu-abu putih tengah berdiri. Menyendiri di atas jembatan.

Kata-kata riang melompat. Penuh semangat ia mendekat. 

Hidup ini kejam!
Cinta itu jahanam!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline