Kisah Sebelumnya : Ryan--teman Bram yang memiliki wajah mirip dengan Mas Bagas terpaksa menyamar menggantikan posisi mantan perwira yang terjun ke dunia politik itu.
Lantas apa kabar Mas Bagas yang asli?
---------
Bram menyeduh kopi di dalam teko kecil. Aromanya yang wangi membuat cuping hidung Bagas bergerak-gerak.
"Sudah bangun, Mas?" Bram menoleh. Menatap sosok kekar yang masih meringkuk di atas ranjang.
"Kok aku berada di sini?" Bagas beranjak kaget. Pandangannya menyapu seluruh ruangan.
"Mbak Ajeng yang membawamu ke sini, Mas," Bram menyahut seraya membuka jendela kamar. Membiarkan udara pagi yang sejuk menyusup ke dalam pondok kecil di tengah hutan itu.
"Ajeng? Mana dia?" Bagas melempar pandang. Mengintip jajaran cemara yang merimbun.
"Istrimu pulang duluan. Kita ngopi dulu, yuk," Bram menuang kopi panas ke dalam dua cangkir. Lalu diletakkannya di atas meja. "Oh, iya. Kata Mbak Ajeng, kalau Mas Bagas mau latihan menembak, pistolmu ada di...."
"Aku sudah mengundurkan diri dari dunia militer, Bram."
"Benarkah?" Bram memiringkan kepalanya sedikit. Bagas mengangguk.