Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Mudik, Ritual Lebaran yang Tidak Bisa Ditinggalkan

Diperbarui: 7 Juni 2018   07:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Tryforonce.blogspot.com

Pulang kampung atau mudik di jelang hari lebaran ibarat sebuah manasik perjalanan. Seberat apapun persiapan dan pengorbanan yang dilakukan tidak akan pernah menimbulkan penyesalan.

Mudik lebaran memang telah menjadi ritual wajib bagi masyarakat Indonesia---khususnya bagi para perantau baik yang merantau di seberang pulau atau di negeri orang. Semua akan berbondong-bondong, menyempatkan diri untuk pulang menengok sanak saudara, handai taulan atau keluarga tercinta yang telah lama ditinggalkan.

Segala fasilitas jauh-jauh hari telah dipersiapkan guna memperlancar kegiatan mudik yang dilakukan hanya satu tahun sekali ini.

Lagi-lagi saya punya kenangan manis berkenaan dengan ritual mudik lebaran ini.

Ceritanya, bapaknya anak-anak (baca: mantan) adalah seorang perantau yang terdampar di hati saya, ups, maksud saya di Pulau Jawa. Tepatnya di kota kelahiran saya yang indah tiada duanya ini.

Dan beliau di setiap jelang lebaran--biasanya H-3, sudah sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Semisal pergi ke bengkel untuk mengecek kondisi mobil, belanja keperluan bahan makanan atau cemilan untuk bekal selama di perjalanan mudik nanti.

Sebagai Nyonya tentu mau tidak mau saya ikut rempong. Heboh menyiapkan keperluan anak-anak yang ketika itu masih kecil-kecil. Dan alhasil, dua kopor besar serasa tidak cukup muat menampung pakaian beserta segala tetek bengek keperluan anak-anak yang bejibun.

Macet saat lebaran adalah suasana yang dibenci sekaligus dirindukan

Siapa juga yang suka dengan suasana macet? Semua orang pasti menginginkan perjalanannya lancar sampai ke tujuan.

Namun, jangan diharap ketika jelang lebaran tiba, terutama di titik-titik tertentu akan menemukan jalan sepi  mamring  bebas hambatan. Semua pengguna jalan bakal mengalami dan merasakan suasana yang disebut macet ini.

Ya, macet memang ada di mana-mana tanpa bisa dihindari. Bagaimana mungkin dihindari? Lah, wong kita sendiri adalah salah satu pelaku dari kemacetan itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline