Selamat pagi suster Yuni yang cantik!
Selamat pagi dokter yang baik
Selamat pagi semua penghuni Rumah Sakit
Selamat pagi juga, duhai jantung kesayanganku!
Aku membayangkan wajah ceria itu tersenyum menyembunyikan rasa sakitnya. Terhadap sosok Suster Yuni, kekasih imajinernya yang kerap ia pamerkan kepadaku--juga kepada teman-teman lainnya, ia tak pernah berhenti memuja. Ia mengaku sangat bahagia telah menemukan sosok seperti Suster Yuni, perempuan muda yang cantik, putih dan berhati lembut seperti yang selama ini diimpikannya.
Mengapa harus Suster Yuni? Aku pernah iseng bertanya padanya.
Sebab Suster Yuni itu baik
Sebab Suster Yuni tidak pernah menyakiti
Sebab Suster Yuni selalu ada
di saat-saat aku sendiri
Sebab Suster Yuni...
Ah, aku tidak bisa menjabarkannya terlalu jauh
Lalu seperti biasa ia mengumbar tawa ceria.
Sesaat kubiarkan Suster Yuni merambah alam pikirannya.
Tak apa. Ia juga berhak bahagia. Serupa bahagiaku yang mencintai sosok tak berwujud sepertimu.
//
Pagi tadi manakala azan Subuh hampir berkumandang, pemuja Suster Yuni itu melambai tangan, berpamit pulang.
Aku titip Suster Yuni, ya!
Di hati kalian
Di sepanjang pematang kenangan
Jaga dia baik-baik
Sebab aku tidak tahu
Sebab aku tidak paham
kapan kami akan kembali dipertemukan