Prabu Nilarudraka bersama pasukannya sedang dalam perjalanan menuju Suralaya. Raja dari wadyabala raksasa itu bermaksud menyunting salah satu bidadari Kahyangan. Tentu saja para dewa tidak berkenan menyetujui. Tersebab Prabu Nilarudraka dikenal sebagai pemimpin raksasa yang ganas dan beringas.
Untuk mengantisipasi terjadinya keributan, maka diadakan musyawarah dadakan di paseban agung, dipimpin oleh Bathara Ismaya sendiri. Rapat itu bertujuan memilih siapa yang bakal maju menghadapi Prabu Nilarudraka seandainya raja raksasa itu tidak terima akibat keinginannya terhalangi.
Namun dari sekian banyak dewa yang hadir, tidak satu pun yang berani mengangkat tangan menyatakan kesanggupan. Semua takut menghadapi Prabu Nilarudraka.
"Jika demikian, satu-satunya harapan kita hanyalah Dinda Guru Manikmaya. Hanya beliau yang mampu menandingi kesaktian Prabu Nilarudraka," Bathara Ismaya berujar. Para dewa yang semula diam bersorak gembira.
"Tunggu. Kita jangan terburu senang. Kita tahu Bathara Guru saat ini sedang melakukan tapa brata. Dan kita tahu tak satu pun dari kita yang bakal sanggup membangunkannya," Bathara Ismaya mengangkat tangannya. Seketika ruangan kembali hening.
"Bukankah ada putramu Bathara Kamajaya? Ia memiliki pusaka Jemparing Pancawiyasa---panah asmara yang mampu menggugurkan tapa brata Bathara Guru," Bathara Narada menyela.
"Kanda pukulun benar. Aku baru ingat. Baiklah, akan kuperintahkan putraku Kamajaya turun menemui Bathara Guru," Bathara Ismaya tersenyum. Saat itu juga ia segera mengirim anak buahnya untuk menjemput Bathara Kamajaya di kediamannya.
Saat utusan datang, Bathara Kamajaya tengah menemani istrinya, Dewi Kamaratih yang baru beberapa bulan dinikahinya. Mereka tengah duduk-duduk bersenda gurau menikmati suasana pengantin baru di taman sari kaputren.
"Sang Hyang Ismaya memanggil pukulun untuk menghadap," utusan Ayahandanya memberi hormat. Merasa ada yang penting, Bathara Kamajaya meminta izin kepada istrinya untuk pergi ke paseban agung. Sebelum pergi dikecupnya kening bidadari tercantik sekahyangan itu sembari berpesan, "Dinda, jaga dirimu baik-baik."
Singkat cerita, Bathara Kamajaya segera melaksanakan tugasnya turun ke pertapaan Sang Bathara Guru. Pusaka Jemparing Pancawiyasa yang berupa anak panah berujung bunga, tak lupa dibawanya serta.
Begitu dekat beberapa depa dari tempat persemedian Bathara Guru, Bathara Kamajaya segera membidikkan anak panahnya. Anak panah itu menancap di atas batu tidak jauh dari tempat duduk Bathara Guru. Serta merta merebak aroma wangi semirip aroma tubuh Dewi Uma.