Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Puisi | Senja tak Pernah Menua

Diperbarui: 14 Maret 2018   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : www.pinterest.com


Kau berdiri di antara kilauan awan. Butiran pelangi jatuh mengenai tebing keningmu. 

"Berapa usia senja?" tanyamu. 

"Ia seumuran bianglala," jawabku. Masih. Menuntaskan senyap mengecup dingin.

Lalu kau sibuk menghitung angka angka. "Bianglala, ia tak lebih tua dari rinai hujan," bisikmu. Seraya merapikan bilangan yang berderet panjang, yang berjejal memenuhi lembar pikiran kosongmu.

~

"Apakah senja tak pernah menua?" tanyamu. Lagi. Kujawab, "Senja hanya melepas kulitnya. Ia akan terlahir kembali, seperti bayi-bayi. Menunggu malaikat memperkenalkannya pada dunia."

"Aku ingin menjadi senja," sahutmu. Riang. "Aku ingin terlahir kembali. Untukmu."

~

Senja mendengarmu. Seperti pelangi ia mampir mengecup tebing keningmu. Seperti rinai, ia ikut berharap tuk kesembuhanmu.

"Aku sudah menjadi senja," bisikmu. Ringan. Tanpa beban.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline