Episode sebelumnya :
Miss. Liz tidak saja kehilangan jejak Bryan. Tapi juga Renata. Guru muda itu akhirnya berkomunikasi dengan almarhum Kakeknya melalui sebuah lukisan.
Dalam perbincangan itu sang Kakek meminta kepada Miss. Liz agar mengingat satu tembang yang kerap dilantunkannya ketika cucunya itu masih kecil.
**
Aku terdiam beberapa saat. Dan berusaha mengingat-ingat kidung Durma yang disebutkan oleh Kakek.
"Apakah yang bunyinya seperti ini, Kek? Lingsir wengi...sliramu tumeking sirna..."
"Betul Liz! Teruskan."
Aku menatap wajah Kakek yang bergerak-gerak di dalam bingkai lukisan dengan ragu.
"Ayolah, Liz? Kenapa?"
"Kek, bukankah tembang Lingsir Wengi ini diyakini sebagai tembang pemanggil setan?" aku berbisik, nyaris tak terdengar. Kudengar Kakek tertawa.
"Bukan, Liz! Itu pemahaman yang salah. Tembang itu diciptakan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga sebagai doa wirid yang biasa dibaca di tengah malam. Dalam tembang itu tersurat ajakan kepada semua mahluk, tak terkecuali para lelembut yang berniat jahat untuk kembali ke jalan kebaikan."