Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Cerpen | Lagu Kematian

Diperbarui: 5 September 2017   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : Back view a man playing piano by Aleksandra Jankovic for Stocksy United / www.stocksy.com

Julia menghentikan langkahnya secara mendadak. Seluruh tubuhnya bergetar. Wajahnya menegang. Gelas minum yang berada di tangannya nyaris terjatuh.

Oh, Edward, mengapa ia memainkan lagu itu lagi?

"Hentikan, Ed! Aku benci mendengarnya!" Julia berseru panik seraya menutup kedua telinganya. Tapi alunan musik tetap saja mendayu-dayu memenuhi seluruh ruangan.

Sepertinya Edward tidak mendengar seruannya---atau memang sengaja tidak mau mendengar? Julia mulai bersikap skeptis. Jalan satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah berlari masuk ke dalam kamar dan mengunci diri di sana. Earset sama sekali tidak banyak menolongnya sebab telinganya terlanjur mendengarkan alunan musik yang amat dibencinya itu.

Mendadak Julia begitu marah terhadap Ed. Bukankah ia sudah berkali meminta agar Ed mendengarnya dan tidak melakukan hal-hal yang membuatnya kacau? Seperti memainkan lagu itu misalnya. Lagu yang menurutnya menebarkan aroma sebuah kematian.

Terdengar ketukan halus pada daun pintu beberapa kali. Itu pasti Ed. Julia tidak ingin membukakannya. Hatinya masih kesal.

"Lia, buka pintunya. Maafkan aku," Ed membujuk, berulang kali, membuat Julia terpaksa mengalah dan membuka pintu. Ia tahu, Ed akan tetap berdiri menunggunya sampai kapan pun jika ia tidak segera menampakkan diri.

***

Julia, ia mengalami semacam trauma. Ia pernah melihat seorang lelaki terbunuh dan seorang wanita mati bunuh diri. Telinganya juga pernah menangkap alunan musik aneh yang mengiringi kematian kedua orang itu. Sayup-sayup. Dan itu cukup membuatnya sulit melupakan. Musik dan kematian.

Jika pada akhirnya ia bersedia menikahi Edward, itu tak lebih karena Edward berjanji akan menyembuhkan gangguan psykologis yang dialaminya selama bertahun-tahun. Ya, Edward adalah seorang psikiater yang mengaku jatuh cinta padanya.

"Lia, aku sengaja memainkan lagu itu untuk terapi kesembuhanmu. Itu hanya sebuah lagu, dear, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak akan terjadi apa-apa padamu," Edward mengecup lembut kening Julia. Berusaha menenangkan Julia masih duduk gemetar di tepi ranjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline