Kisah sebelumnya http://www.kompasiana.com/elfat67/599245f1980208041236da32/novel-jejak-sang-penari-14
Bag.15-Akhir Sebuah Kisah
Pagi yang cerah. Bapa Made menemaniku menjenguk Ibu ke rumah tahanan sementara. Kami hanya pergi berdua. Papi menolak untuk ikut, seperti yang pernah ia katakan, Papi ingin menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan lukisannya yang belum rampung.
Ibu muncul menemui kami di ruang khusus para pembesuk.
"Bli, Minggu depan sidang kasusku akan digelar. Doakan lancar, ya," Ibu duduk menjejeri kami.
"Tentu, Ni. Semoga hukumanmu tidak terlalu berat. Aku sudah berusaha meminta batuan seorang pengacara," Bapa Made menyahut.
"Aku selalu merepotkanmu, Bli. Selalu," Ibu berkata lirih.
Suasana tiba-tiba hening.
"Mengapa laki-laki bernama Julian itu begitu dendam terhadap Papi?" tanyaku hati-hati. Rasa penasaran yang kupendam dalam hati akhirnya kukeluarkan juga. Bapa Made dan Ibu saling bersitatap. Sesaat kemudian kulihat Ibu mengangguk.
"Sudah saatnya menceritakan rahasia kecil itu, Bli," Ibu membetulkan letak duduknya. Bapa Made menghela napas sebentar.
"Baiklah, Nak. Ni Kadek sudah mengizinkan aku menceritakan rahasia kecil itu. Kuharap kau bersedia menyimaknya baik-baik."