Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Novel | Jejak Sang Penari [9]

Diperbarui: 22 Agustus 2017   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

imgrum.org/user/christianwalpole

Kisah Sebelumnya  http://www.kompasiana.com/elfat67/598b8b2cc2b9f9764c637532/novel-jejak-sang-penari-8

Bag. 9-Serpihan Cinta

Ini hari keenam aku dirawat di Rumah Sakit. Kondisi tubuhku sudah membaik. Infus juga sudah dilepas dari pergelangan tanganku. Dokter Suastika tampak gembira saat mengunjungiku pagi ini.

"Selamat pagi, Jansen. Wah, sudah terlihat lebih bugar rupanya," ia menyapa renyah.

"Sepertinya begitu, Dokter. Syukurlah," Papi yang menyahut.

"Jadi kapan saya boleh pulang, Dokter?" tanyaku tidak sabar.

"Hari ini kamu sudah boleh mengucapkan selamat tinggal padaku, Zoon," seloroh dokter yang ramah itu.

"Kukira aku akan merindukan Anda, Dokter," aku berkata bersungguh-sungguh. Dokter berkacamata itu tertawa. 

Sambil menunggu Papi menyelesaikan administrasi perawatanku, aku menghabiskan waktu duduk-duduk di bangku taman. Beberapa pasien juga melakukan hal yang sama sepertiku.

Pagi terasa lebih indah dari sebelumnya. Bunga-bunga di taman bermekaran. Kicau burung yang hinggap di atas dahan merdu bersahutan. Matahari juga tengah bermurah hati. Ia menebarkan kehangatan, mengusir dingin dan titik-titik embun yang menempel pada lembar dedaunan.

Pandanganku menyapu sekeliling. dan tanpa sengaja terpaku pada sesosok tubuh yang meringkuk tak jauh dari semak yang tumbuh di ujung taman. Oh, sosok itu, aku sepertinya mengenalnya! 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline