Babak 1
Perempuan itu mucul dengan wajah dingin di atas panggung. Gaun warna merah marun yang membalut tubuh rampingnya menyala terkena efek lampu temaram. Ia berjalan menuju kursi berukir yang dipajang tepat di tengah-tengah arena. Dengan gerakan anggun perempuan itu duduk di sana.
Seorang pria mengenakan tuxedo berdiri tak jauh darinya.
Perempuan itu mengangkat dagunya sedikit. Alis matanya yang dilukis dengan bentuk mencuat bergerak-gerak. Sedang bibirnya yang terpoles gincu warna merah---senada gaun yang dikenakannya, mengerucut ranum.
Pria bertuxedo mengeluarkan gulungan kertas dari balik lengan kemeja panjangnya. Ia membuka gulungan itu dan mulai membaca kalimat demi kalimat yang tertera di dalamnya.
“Kutandai kau!” pria itu berseru lantang. Membuat seluruh penonton memperhatikan dan mengarahkan pandang ke arah panggung dengan mata tak berkedip.
“Kutandai kau!” pria itu mengulang. Perempuan bergaun merah itu tersenyum sedikit. Lampu panggung menyorot wajahnya yang cantik. Penonton terkesima.
Sesaat perempuan itu mengangkat tangan kanannya dengan gerakan teratur, memberi tanda pada pria bertuxedo itu agar melanjutkan tugasnya.
“Pada ujung hidungmu yang bangir, akan kusemat cincin sebagai tanda bahwa aku mencintaimu!”
“Hentikan!” perempuan berbaju merah marun itu berdiri.
“Dia bukan pria yang kuinginkan. Dia terlalu sombong dan angkuh. Tolong kembalikan surat pengakuan cinta itu. Dan katakan padanya, aku menolak tegas pinangannya!” Suara perempuan itu menggema merdu.