Maukah kau berkunjung ke rumah baruku? Rumah istmewa yang kuberi nama Rumah Cinta. Ayo, datanglah. Di sana akan kau temui hal-hal yang tidak pernah terpikirkan olehmu.
Rumahku tidak bagus, juga tidak jelek. Sedang-sedang saja. Ruangannya sengaja dibiarkan lapang tanpa sekat. Tak akan kau temui bilik-bilik di sana. Juga tak ada perabot apa pun yang menghiasi.
Rumahku itu memiliki empat jendela. Jendela pertama menghadap arah timur, jendela ke dua menghadap arah selatan, dan sisanya menghadap arah barat dan utara.
Masing-masing jendela jika terbuka, akan menampilkan kisah. Kau penasaran? Ayo, segera saja datang berkunjung ke mari.
Oh, baiklah. Engkau adalah tamu pertama yang datang berkunjung ke Rumah Cintaku. Silakan masuk, dan bersenang-senanglah. Pilihlah sesuka hatimu jendela mana yang ingin kau buka pertama kali. Jendela yang menghadap arah utara? Boleh. Mari kubantu membuka lebar-lebar daunnya.
Sekarang, kisah apa yang kau lihat dari jendela yang menghadap arah utara itu? Ceritakan padaku, aku ingin mendengarnya.
“Musim dingin. Orang-orang berjaket tebal dengan topi dan syal pada leher mereka. Salju berguguran di atap-atap rumah menyerupai kapas. Anak-anak riang bermain ski bersama anjing-anjing mereka.”
“Teruskan ceritamu.”
“Para perempuan sibuk memasak kue jahe. Aromanya tercium wangi, humm. Para lelaki menyingkirkan ranting-ranting pohon yang tumbang. Para pemuda menenteng semacam garu untuk membersihkan salju yang menghalangi jalan.”
“Lalu para gadis di mana?”
“Oh, para gadis? Sungguh, aku tidak suka ini! Para gadis duduk merenung di depan perapian, dengan hati yang patah….”