Tangan lembutnya menyentuh kepalaku. Lama. Aku ingin menangis di pelukannya. Tapi kuurungkan. Karena beberapa pasang mata tak lepas mengawasi kami.
“Jaga dirimu baik-baik, Ayu.”
Itu pesan terakhir yang keluar dari bibirnya. Aku hanya mengangguk. Tanpa mampu berucap sepatah katapun. Bahkan untuk sekedar menyampaikan selamat tinggal, bibirku kaku.
Ia pergi bersama orang-orang itu. Orang-orang berseragam dengan senjata api di pinggangnya. Kedua tangannya terborgol. Langkahnya terlihat gontai.
Kebebasannya terenggut sudah.
Kini aku benar-benar sendiri. Hanya ditemani seekor kucing kecil, kurus, dekil, yang mengeong manja di ujung kakiku.
“Manis, jangan pergi yah...” aku meraih kucing kecil itu dan menggendongnya menuju ruang dalam.
Di luar senja mulai bergulir. Desau angin perlahan menyibak tirai yang berjuntai. Kuulurkan tangan meraih gagang jendela. Kututup daunnya hati-hati.
Samar, peristiwa beberapa saat lalu berkelebat muncul kembali.
***