Waktu menunjukkan pukul 12 malam. Mungkin baginya lebih baik melakukan i'tikaf di dalam masjid, bermuhasabah, mendekatkan diri kepadaNya, dari pada duduk melamun dengan pikiran kosong.
"Mas Rahman mau kemana?" Sumi, istrinya, mencegatnya di ambang pintu.
"Aku pamit beri'tikaf," ia menjawab singkat.
"Berapa lama?"
"Sampai waktu sholat subuh tiba."
Ia meraih sandal jepit yang tergeletak di atas keset, membetulkan letak sarung dan kopiah. Lalu tanpa memedulikan wajah istrinya yang memberengut, ia bergegas menuju masjid yang berjarak hanya beberapa meter dari rumahnya.
***
Usai mengambil air wudhu, ia memasuki masjid dengan tenang. Air mukanya tidak sekusut tadi.
Ternyata ia tidak sendiri. Dilihatnya seorang lelaki sepuh duduk bersila di dekat mihrab. Lelaki itu tampak khusuk memanjatkan doa.
Usai melakukan sholat sunah ia duduk menjejeri lelaki sepuh yang masih bergeming di tempatnya.
"Terkadang wadul kepada Allah lebih menenangkan ketimbang kepada manusia," lelaki di sampingnya itu bergumam. Rahman seketika menoleh.