Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

[100HariMenulisNovelFC] (#34) Sang Pelarian

Diperbarui: 2 Juni 2016   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Kisah sebelumnya http://fiksiana.kompasiana.com/elfat67/100harimenulisnovelfc-33-sang-pelarian_5748b147337b61da0d7fa80a

Galuh menemukan sebilah bambu kering tergeletak tak jauh dari pohon pisang yang tumbuh di tengah hutan. Dengan bersemangat ia menusuk-nusuk tandan pisang itu hingga menimbulkan beberapa sayatan pada tangkainya. Bruuk! Tandan pisang jatuh ke tanah. Gadis itu melembar bilah bambu begitu saja. Tangan mungilnya beralih meraih tandan pisang yang tergeletak dan membuang beberapa buahnya yang gerimpis dimakan codot. Dicomotnya satu buah yang ranum kekuningan. Ia tersenyum lega. Bunyi perut yang sejak tadi riuh untuk sementara kembali tenang. 

Seketika gadis itu teringat pada ibunya. Cukup lama ia meninggalkan perempuan itu di pondok. Serta merta diraihnya tandan pisang yang tak terlalu besar itu. Kakinya pun siap berlalu.

Tapi baru beberapa langkah ia terhenti. Di hadapannya muncul dua pemuda yang mengagetkannya.

"Kau?" gadis cantik itu berseru tertahan. Tandan pisang di tangannya terjatuh.

"Galuh?" salah satu dari pemuda itu melebarkan matanya. Ia tampak sama terkejutnya dengan gadis itu. 

***

Pertemuan tak terduga itu cukup mengharukan. Galuh tanpa sungkan berhambur memeluk salah satu pemuda yang memang dikenalnya. Panji Asmara. 

Sementara pemuda satunya lagi hanya berdiri mematung tak bereaksi.

Panji perlahan mulai bisa mengingat siapa sosok gadis yang kini tengah berurai air mata dalam pelukannya itu.

"Lorong waktu...telah membawa kita ke tempat aneh ini," Galuh sesenggukan. Panji mengangguk. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline