[caption caption="sumber:www.sinarharapan.co"][/caption]
Kisah sebelumnya http://fiksiana.kompasiana.com/elfat67/100harimenulisnovelfc-22-sang-pelarian_571589dcd07a61fa0482e0e1
Lelaki itu menyeka darah pada bibirnya. Matanya nanar menatapku. Lalu tangannya berusaha menggapai tepi meja. Ia bangun dengan setengah terhuyung.
Aku menghampiri Bunda Fatima yang sedari tadi berdiri memucat di sudut ruangan.
"Bunda baik-baik saja?" tanyaku was-was. Perempuan itu mengangguk sembari mengelus pipinya yang memerah.
"Dia tak akan berani mengganggu Bunda lagi," ujarku menenangkan.
Tapi dugaanku keliru.
Karena tetiba sebuah benda keras menghantam tengkukku.
Braaak!
Aku jatuh tersungkur. Penglihatanku kabur.