Belum lama aku merebahkan tubuhku di atas kasur, ponselku berkedap-kedip. Sebuah pesan singkat masuk. Terburu aku meraih kunci motor dan jaket yang tersampir di belakang pintu.
"Sudah sore, mau kemana lagi, Ros?" tegur Erni teman sekamarku.
"Ada yang mengajakku kencan, Er!" selorohku.
"Hati-hati di jalan, Ros!" pesan Erni sebelum aku berlalu meninggalkan kamar.
Motor meluncur dengan kecepatan sedang menuju arah barat. Hawa dingin sesekali membuatku menggigil. Jaket berbulu yang kukenakan ternyata tidak mampu menahan udara Kota Malang yang menggigit.
Tiga puluh menit kemudian motorku berhenti di halaman sebuah rumah mewah. Seorang satpam mempersilakan aku masuk. Satpam itu sudah mengenalku dengan baik.
"Bapak sudah menunggu di kamarnya, Mbak Ros...."
"Terima kasih, Pak!"
Aku bergegas masuk ke dalam rumah besar itu. Langsung menuju lantai atas di mana Bapak yang mengundangku berada.
"Kamu, masuklah. Bapak sudah menunggumu dari tadi," seorang pemuda menyambutku. Tatapannya agak sinis. Aku melepas alas kakiku dan memasuki kamar yang lantainya dilapisi karpet berwarna merah. Seorang laki-laki paruh baya tampak duduk di atas tempat tidur.
"Ros! Mendekatlah," laki-laki itu melambaikan tangan ke arahku. Lalu ia memberi tanda ke arah pemuda yang masih berdiri di depan kamar agar segera menutup pintu.