Siang yang indah, matahari bersinar cerah. Dalam suasana masih libur panjang, izinkan saya menulis tentang sosok pacar yang sangat istimewa. Setelah beberapa hari ini emosi saya sempat labil. Maju mundur kaya setrikaan bin kitiran, naik turun gak jelas akibat diblokir teman baik secara tiba-tiba tanpa paham apa kesalahan saya. Atau memang saya yang gagal paham, ya? Hiks, sedih banget.
Alih-alih menghilangkan rasa sedih, mending saya bicara tentang pacar saja, ya....Pacar yang satu ini memang bikin penasaran. Siapa dia? Matu Mona menyebutnya Pacar Merah Indonesia. Loh, jadi ini bukan membicarakan pacar yang itu ya....Bukan, saya lagi ingin ngomongin sebuah buku bagus yang berkisah tentang Tan Malaka atau Ibrahim Gelar Datuk Tan Malaka yang lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatera Barat tahun 1897.
Dalam karya berjudul Pacar Merah Indonesia, Matu Mona mengisahkan perjuangan Tan Malaka sebagai sosok pejuang yang gigih. Yang tidak tercatat dalam buku sejarah. Kisahnya sendiri dikemas apik dibalur dalam genre detektif romantis yang tidak picisan.
Sangat menarik memang. Di era pemerintahan kolonial di mana para pegiat sastra harus ekstra hati-hati dalam menulis, Matu Mona berani berkisah tentang perjuangan seorang Tan Malaka yang namanya disamarkan menjadi Pacar Merah Indonesia. Tentu hal ini tidak mudah, karena pasti akan mendapatkan sorotan tajam dan tekanan dari pemerintah kolonial di jaman itu. Resiko bagi penulis yang dianggap berbahaya pada masa itu adalah ditangkap dan dimasukkan jeruji penjara atau dikirim ke pengasingan.
Matu Mona sendiri adalah nama samaran yang digunakan oleh Hasbullah Parindoerie, seorang wartawan Pewarta Deli, Medan. Ia mengisahkan legenda Tan Malaka ini bersama tokoh-tokoh pejuang lainnya. Dan untuk mengibuli pemerintahan kolonial pada masa itu, Matu Mona menyamarkan semua nama tokoh-tokohnya sesuai dengan imajinasinya.
Pacar Merah Indonesia bertutur mengenai perjuangan Tan Malaka sebagai aktivis politik kemerdekaan Indonesia. Yang mana akibat kegiatannya itu ia harus melarikan diri dan menjadi buronan Polisi Internasional. Wuih, seru sekali ya. Apalagi di dalamnya dibumbui dengan sedikit cerita cinta romantis.
Kisah Pacar Merah Indonesia ini ditulis dalam 3 buku oleh Matu Mona. Buku pertama (1938) berjudul Spionnage Dienst. Buku kedua Rol Patjar Merah cs (1938), dan buku ketiga Panggilan Tanah Air (1939). Sedangkan 2 buku lainnya ditulis oleh Yusdja berjudul Moetiara Berloempoer,Tiga Kali Patjar Merah Datang Membela dan Patjar Merah Kembali ke Tanah Air (!940 ).
Sudah ya...sementara itu dulu bicara tentang pacar istimewa kali ini. Bye....
***
Malang, 28 Desember 2015