Lihat ke Halaman Asli

Strategi Bisnis Mudah Cara Rasul Muhammad SAW

Diperbarui: 26 Februari 2017   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Salah satu aspek kehidupan Muhammad SAW yang kurang mendapat perhatian serius adalah kepemimpinan beliau dalam bidang bisnis dan entrepreuneurship. Muhammad SAW lebih dikenal sebagai  seorang  rasul,  pemimpin masyarakat  atau  “negara”  dan  pemimpin  militer.  Padahal, sebagian  besar  hidup  kehidupannya   sebelum   menjadi   utusan   Allah   SWT   adalah   seorang pengusaha. Muhammad SAW telah memulai  merintis karir dagangnya  ketika berumur 12 tahun dan memulai  usahanya  sendiri  ketika  berumur 17 tahun.  Pekerjaan ini  terus  dilakukan  sampai menjelang   beliau  menerima   wahyu  (beliau   berumur  sekitar  37   tahun).   Dengan   demikian Muhammad SAW  telah berprofesi  sebagai  seorang  pedagang  selama  ±25 tahun  ketika  beliau menerima wahyu. Agka ini sedikit lebih lama dari masa kerasulan beliau yang berlangsung selama

±23 tahun.

Bahkan aspek  bisnis  Muhammad  SAW  ini  juga  luput  dari  perhatian  kebanyakan  orientalis. Mungkin karena  dianggap  kurang  kontroversial  dan  tidak menarik  dalam perdebatan  teologis. Sebagian  merekajuga  sering  melancarkan  serangan  terhadap  pribadi  Muhammad  SAW  tetapi jarang sekali yang mengkaji secara mendalam prilaku bisnis beliau.

Kesuksesan Muhammad saw. Dalam melakukan kegiatan bisnisnya dilandasi oleh 2 pokok, yaitu kepribadian yang  amanah dan terpercaya, serta  pengetahuan dan keterampilan yang  mumpuni. Dua hal ini poko pola yang menjadikan nabi Yusuf mampumembangun kesejahteraan masyarakat sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an surat yusuf ayat 55 yang artinya:

Berkata Yusuf, jadikanlah  aku bendaharawan  negara (Mesir), sesungguhnya  aku adaah  orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan”.

Kedua hal pokok diatas merupakan pesan moral yang bersifat Universal yang uraiannya sebagai

berikut:

1.   Shiddiq, yaitu benar dan jujur, tidak pernah berdusta  dalam melakukan berbagai  macam

transaksi bisnisnya. Larangan berdusta, menipu dan mengurangi takaran timbangan, dan mempermainkan kualitas akan menyebabkan kerugian yang nyata baik di dunia mauoun di akhirat nanti, sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat al-Muthaffifin ayat 1-3 yang berbunyi:

kecelakaan  besarlah  bagi orang-orang  yang  curang.  (yaitu)  orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka  minta dipenuhi. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka  mengurangi.

Bagi pebisnis yang jujur, Rasulullah SAW memberikan sebuah kabar gembira sebagaimana dikemukakan dalam sabdanya:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline