Lihat ke Halaman Asli

Elfa LutfianaTsani

Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya Program Sarjana Terapan Administrasi Negara

Rokok dan Kemiskinan pada Masa Pandemi di Indonesia

Diperbarui: 26 Mei 2022   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia masuk dalam Negara dengan jumlah dan presentasi perokok terbesar di Indonesia. Hal ini menggambarkan konsumsi rokok di Indonesia tinggi terutama dikalangan laki -- laki. Dari data Kementrian Kesehatan RI menunjukan bahwa sebanyak 80% dari total perokok di Indonesia sudah mulai merokok sejak masih berusia di bawah 19 tahun. Kelompok usia dengan jumlah perokok terbanyak adalah 15-19 tahun, disusul oleh kelompok usia 10. Besarnya jumlah remaja yang merokok merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan mengenai bahaya merokok bagi kesehatan tubuh. Kebiasaan merokok tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit dan merugikan siapapun yang menghirup asapnya (perokok pasif). Dimasa pandemi ini kita juga harus menjaga imunitas atau kekebalan tubuh. Namun diungkap oleh beberapa dokter bahwa asap rokok terbukti menurunkan imunitas. Perokok aktif maupun perokok pasif memiliki risiko yang lebih besar tertular Covid-19 dibandingkan orang yang bebas dari asap rokok. Ditengah pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak penduduk mengalami penurunan pendapatan , apakah hal tersebut mempengaruhi perilaku konsumsi rokok di Indonesia? Apakah dengan lebih tinginya risiko perokok mengalami gejala parah ketika terpapar Covid-19 membuat pola konsumsi rokok menurun?

            Salah satu dampak yang secara jelas dirasakan oleh banyak masyarakat adalah menurunnya pendapatan. Sehingga bukan hanya krisis kesehatan yang ditimbulkan akan tetapi dampak luas terhadap perekonomian di Indonesia. Sehingga tidak langsung dampak  tersebut juga berpengaruh pada naiknya angka kemiskinan di Indonesia. Badan Pusat Statistik mencatat tingkat kemiskinan selama pandemi Covid-19, persentase penduduk miskin kembali meningkat. Pada semester II-2020 penduduk miskin tercatat di angka 10,19 persen. Persentase yang sama (di atas 10 persen) terakhir dicapai tahun 2017. Sehingga rasio ini diperkirakan meningkat seiring dengan ketimpangan yang terjadi selama masa pandemi Covid-19. Pandemi menyebabkan kelompok rentan lebih banyak kehilangan pekerjaan dan masuk ke dalam kategori kemiskinan ekstrem. Sama halnya dengan tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) juga mengalami peningkatan secara signifikan pada semester II-2020 sebesar 7,07 persen. Setelah meningkat signifikan pada tahun 2020, TPT mengalami penurunan pada semester I-2021 sebesar 0,81 persen poin atau menjadi 6,26 persen. Namun, angka ini kemudian kembali meningkat pada semester II-2021 mencapai 6,49 persen. Menurut Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memprediksikan tingkat kemiskinan Indonesia pada 2022 berpotensi melonjak menjadi 10,81 persen atau setara 29,3 juta penduduk. Hal tersebut terpicu dari melemahnya anggaran perlindungan sosial yang membuat semakin banyak penduduk miskin yang tidak terlindungi secara ekonomi, padahal beban krisis dan pandemi belum berakhir.

            Dalam kemiskinan Badan Pusat Statistik menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Kemiskinan dipandang sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan, Garis kemiskinan kemudian digunakan untuk menentukan apakah penduduk termasuk miskin atau tidak. Penduduk dikatakan miskin ketika memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan tersebut. Garis kemiskinan pada maret 2021 tercatat oleh BPS sebesar Rp. 472.525,00 perkapita. 

Selain itu dalam laporannya per Juli 2021, yang dipublikasikan Kamis (8/7), Bank Dunia mencatat, gross national income (GNI) per kapita Indonesia pada 2020, turun menjadi 3.870 dolar AS. Pada tahun sebelumnya, Indonesia berada di level negara berpendapatan menengah atas dengan GNI atau pendapatan nasional bruto sebesar 4.050 dolar AS per kapita. Dari nilai tersebut, faktanya rokok mempunyai sumbangan terbesar kedua terhadap garis kemiskinan setelah beras. Pembelian rokok lebigh tinggi dibandingkan konsumsi daging, telur, mie instan, kebutuhan perumahan, bensin, listrik, serta komidi lainnya. Tercatat kontribusi rokok pada garis kemiskinan sebesar 11,90% di perkotaan sedangkan di desa 11,24%. Angka tersebut bahkan mengalami sedikit kenaikan dibandingkan kondisi sebelum pandemi masuk di Indonesia. Berdasarkan data-data tersebut, ditengah virus Covid-19 di Indonesia yang menyebabkan banyak masyarakat mengalami penurunan pendapatan.

            Dengan adanya hal tersebut tentunya berdampak pada masyarakat. Khusunya di media sosial, banyaknya berita yang memunculkan tentang kemiskinan pada masa pandemi di Indonesia pada masa pandemi tersebut membuat masyarakat yang aktif di media sosial seperti twitter, instagram, youtube, facebook dan sebagainya. Seperti dijelaskan data dibawah ini,

Sumber: data Diolah dari Brand24

            Dari data gambar grafik diatas terlihat bahwa pada tanggal 15 Mei 2022 menjadi angaka tertinggi dengan jumlah mentions sebanyak 8 dan non social reach sebanyak 154.945. Dari data 30 hari terakhir membuktikan bahwa ternd topic mengenai kemiskinan pada masa pandemi di Indonesia sehingga di media sosial berjumlah cukup banyak, namun juga mengalami naik turun seperti dijelaskan dalam grafik jangkauan sosial media.

            Dimasa Pandemi ini imunitas sangatalah penting salah satu yang diperkuat adalah hidup dengan pola sehat. Alangkah baiknya jika tidak terlalu sering untuk merokok agar perekonomian dalam keluarga cepat membaik. Dibandigkan dengan membeli rokok lebih baik uang digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih penting. Semoga pandemi Covid-19 ini cepat berlalu dan Indonesia dapat terbebas dari krisis ekonomi dan krisis kesehatan.

           

Referensi :

https://bps.go.id/indicator/23/185/1/jumlah-penduduk-miskin-ribu-jiwa-menurut-provinsi-dan-daerah.html

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline