Lihat ke Halaman Asli

IDRIS ELRUMI

PENDIDIK

Toleransi dalam Beribadah

Diperbarui: 19 Maret 2018   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

netralnews.com

Toleransi adalah sikap membiarkan seseorang mempunyai keyakinan lain dan menerima pernyataan itu karena mengakui hak kebebasan setiap orang dalam keyakinan hatinya.

Dalam masyarakat yang bersifat pluralistik seperti di negara kita Indonesia, terdapat berbagai anutan keyakinan maupun agama, toleransi merupakan syarat bagi kehidupan bersama secara damai dan rukun. Toleransi mempunyai pengertian luas dari sikap yang hanya menahan diri dan membiarkan saja atau pasif sampai kepada sikap menghargai penganut keyakinan lain.

Sungguhpun tidak menerima ajaran-ajarannya, bahkan sampai pada penghargaan atas unsur-unsur rohani dan penhayatan yang terdapat pada agama-agama lain yang dapat pula membantu bagi penhpghayatan suatu keyakinan.

Dasar toleransi adalah pengakuan atas kodrati manusia sendiri, dan penghargaan atas hatu nuraninya untuk mengambil keputusan bagi dirinya dalam memeluk suatu keyakinan.

Sekalipun memiliki toleransi, dalam pergaulan masyarakat harus punya sikap, yaity sikap tegas, bukan berarti tidak bersahabat, sikap lembut, bukan berarti juga harus menurut. Tegas berarti menentukan batas, tidak condong, dan tidak pula serong. Kelembutan hanyalah suatu cara pengungkapan yang bisa diterima dengan senang hati, walaupun bukan yang diinginkan.

Kombinasi antara ketegasan dan kelembutan akan menyelesaikan perbedaan yang terjadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat beragama, berbangsa, dan bernegara.

Karena perbedaan itu pula, Tuhan mengutus banyak Rasul dan Nabi untuk umat yang berbeda-beda. Sungguhpun mereka berbeda-beda, tentunya Tuhan tidak membeda-bedakan.

Sebagai penganut agama islam, sebaiknya tidak membeda-bedakan Nabi pimpinan umat manusia, yang berarti pula tidak membeda-bedakan para pengikutnya.

Sebagai umat yang cinta pada Nabi dan Rasul Allah, tentu tidak boleh lupa ajaran dan perjuangannya. Itu sebabnya hampir seluruh umat di dunia mempunyai hari peringatan khusus buat para Nabi, Rasul, atau pimpinan yang diagungkan, misalnya Nabi Ibrahim diperingati hari  pengorbanannya, Nabi Musa diperingati hari keselamatannya dari kejaran Fir'aun, Nabi Isa diperingati hari kelahiran dan kematiannya dan Nabi Muhammad diperingati hari kelahiran dan juga hari hijrahnya.

Dengan demikian, tidak perlu lagi ada perdebatan dalam perbedaan apalagi saling menebar kebencian antar agama. Yang paling penting yaitu saling mengakui keberadaan, saling memahami perbedaan dan jangan memaksaan kehendak orang untuk memeluk agamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline