Lihat ke Halaman Asli

Bahasa Alay dan Slang

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa tahun ini terdapat fenomena di kalangan remaja untuk menggunakan bahasa yang tidak jelas (alay) dalam komunikasi tulisan. Kegemaran ini seiring dengan semakin tingginya frekuensi komunikasi melalui pesan elektronik SMS dan Internet (facebook, Twitter, Blog, atau e-mail). Ketidakjelasan tulisan ini disebabkan komunikasi ini ditulis dengan symbol-simbol yang tidak lazim. Misalnya, hurufnya ditulis kombinasi antara huruf besar dan huruf kecil. Atau symbol huruf A (a) diganti 4, huruf E (e) diganti dengan angka 3, atau G (g) diganti dengan angka 9. Selain itu ejaan yang lazim diganti semaunya. Misalnya, “aku” ditulis dengan “q”. contoh ungkapan bahasa alay, diantaranya: “tHanKz b’4… artinya thanks before, terimakasih sebelumnya.

Bahasa alay kalau dahulu ada bahasa tren juga namanya bahasa slang. Bahasa slang adalah bahasa tidak resmi yang biasa digunakan oleh sekelompok orang, agar pihak lain di luar kelompoknya tidak bisa memahami. Namun, karena bahasa ini menyebar secara luas, lama kelamaan kosa katanya dikenal universal juga, khususnya di kalangan anak muda. Bisa dibilang hampir semua bahasa memiliki versi slang nya. Gaya bahasa ini biasanya santai, jenaka, blak-blakan, bahkan sering kali vulgar. Sebenarnya bahasa alay juga termasuk salah satu bahasa slang juga. Tetapi bahasa slang saat itu banyak sering diungkapkan melalui bahasa lisan. Hal itu berbeda dengan bahasa alay yang sekarang lebih banyak dipraktekkan dalam media tulisan, seperti sms atau media sosiial di internet lainnya.

Baik bahasa alay maupun slang, keduanya merupakan bahasa yang kurang baik. Sebab cara berbahasa ini sulit dipahami orang lain, kecuali bagi anak-anak remaja, karena telah terbiasa menggunakan bahasa ini membuat mereka tidak lagi fasih menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara benar.

Terkadang anak-anak tidak sadar bahwa mereka mengungkapkan bahasa yang kurang baik. Sering kali mahasiswa pun juga kalau mengirim sms kepada dosen kurang sopan santun dalam komunikasinya. Misalnya “pa’ sy mau bimbngn nnt jm 1!”, maksudnya, pak, saya mau bimbingan nanti jam satu.!” Mahasiswa ini sebenarnya mahasiswa baik, hanya dia tidak tahu bahwa memberi tanda seru di akhir menyiratkan ia memberi perintah kepada dosen.

Thomas Lickona, seorang pakar pendidikan karakter Amerika, mengatakan salah satu tanda rusaknya masyarakat adalah rusaknya kemampuan berbahasa (bicara). Karena, bahasa adalah wujud nyata dari karakter dalam (pikiran, jiwa) seseorang, sehingga bahasa yang rusak mencerminkan karakter yang rusak juga. Orang-orang yang senang berkata kasar menunjukkan karakter yang kasar juga, sedangkan orang yang bisa santun dalam berbahasa menunjukkan karakter yang santun juga.

Oleh karena itu menerapkan disiplin berbicara harus menjadi prioritas pendidikan di dalam keluarga. Orang tua dan guru hendaknya tidak berdiam diri saja ketika anak-anak mengungkapkan sesuatu yang tidak baik. Sopan santun berbicara pun perlu dilatih, seperti cara berbicara dengan orang yang lebih tua, kepada guru, kepada orang tua, kepada teman sebaya, dan lain-lain.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline