Lihat ke Halaman Asli

Sukma

Membaca dan menulis akan membuka pikiran

Semen Nasional Gawat Darurat?

Diperbarui: 1 Desember 2019   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto dari akun instagram @semenpadang

Perasaan takut akan di PHK massal saat ini tengah menghantui pekerja semen nasional yang ada di Indonesia. Over supply semen yang cukup besar saat ini memaksa manajemen perusahaan  semen nasional harus berpikir untuk melakukan efesiensi besar-besaran, salah satunya adalah mengurangi jumlah pegawai dan pekerja mereka. Over supply semen nasional tahun ini diperkirakan mencapai 43 juta ton, angka yang cukup besar memang.

Target pertumbuhan konsumsi semen yang diharapkan meningkat 3-4%  dari tahun 2018 lalu untuk periode 2019 ini hanya terealisasi 2%. Kapasitas produksi semen nasional sebesar 115 juta ton diperkirakan hanya terserap sekitar 70-72 juta ton sampai akhir tahun ini.

Padahal sejumlah perusahaan semen nasional sudah menurunkan kapasitas produksinya dengan tidak mengoperasikan lagi sejumlah pabrik yang mereka miliki. Seperti Semen padang yang hanya mengoperasikan 2 dari 5 pabriknya dan indocement yang hanya menggunakan sebagian dari 13 pabriknya.

Namun over supply yang terjadi tetaplah besar. Bahkan over supply tersebut diperkirakan akan mampu memenuhi kebutuhan semen negeri ini hingga 5-6 tahun ke depan.

Pasar semen nasional saat ini tengah mengalami persaingan ketat dengan semen impor, dari total 115 juta ton produksi semen nasional, hanya terserap pasar sebanyak 65%. Alhasil, banyak semen dan clinkert yang menumpuk di gudang-gudang. Biaya produksi semen yang cukup tinggi terutama pabrik tua yang masih menggunakan batu bara serta daya serap pasar yang hanya 65% pada akhirnya akan memaksa perusahaan semen nasional untuk melakukan efesiensi anggaran.

Efesiensi anggaran dapat berupa dengan perampingan manajemen hingga PHK massal para pekerja. Selain itu efesiensi juga dapat dilakukan melalui menjual asset-asset perusahaan yang tidak produktif dan menjual anak perusahaan yang tak sejalan dengan bisnis utama perusahaan yaitu bisnis semen.

Kegiatan penjualan asset atau anak perusahaan bisa saja dilakukan agar induk perusahaan mendapat dana segar untuk memperbaiki performanya.

Setelah mengalami masa jaya bisnis semen nasional pada tahun 2010 hingga tahun 2013, banyak perusahaan semen nasional yang membangun pabrik untuk mengembangkan bisnisnya. ituasi berubah di mulai tahun 2013 sampai sekarang bisnis semen terus melemah, over supply semen membuat keuntungan perusahaan semen nasional terus menurun sedangkan daya serap pasar terhadap  produksi semen  tidak tumbuh pesat untuk menyerap over supply tersebut.

Pada tahun 2018 lalu, kementrian perdagangan mengeluarkan permendag no 7 tahun 2018 yang membuka keran impor semen asing ke Indonesia. Hasilnya semen nasional yang tengah mengalami over supply dipaksa untuk bersaing dengan semen impor yang datang dengan harga murah. Bahkan perusahaan asing yang datang terindikasi melakukan predatory pricing dengan menjual semen dengan harga murah untuk melakukan take over pasar semen nasional dari perusahaan lokal kita.

Tidak adanya moratorium pabrik semen baru membuat perusahaan asing yang masuk untuk investasi semen di Indonesia juga meningkat, Negara yang banyak melakukan investasi semen di Indonesia adalah China, sebut saja perusahan Conch Cement, Jui Shin, Panasia, Haohan Cement, dan Cement Hippo atau Sun Fook Cement serta Hongshi Holding Group.

Selain Thailand, ada juga dari Thailand yaitu Siam cement. Kehadiran pemain baru dalam industri semen ini terus menggerus keuntungan semen nasional. Kondisi ini pun semakin menambah sulit kondisi semen nasional kita. Satu persatu perusahaan semen nasional mulai melakukan efesiensi anggaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline