Lihat ke Halaman Asli

Klimaks Ideal Timnas AFF 2012

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Masih teringat bagaimana Indonesia mengakhiri perhelatan Piala AFF 2010 dengan antiklimaks. Pertandingan pertama yg begitu perkasa, menjungkalkan musuh bebuyutan Malaysia dengan skor telak 5-1 hingga akhirnya meraih poin penuh di penyisihan grup. Berlaku sebagai tuan rumah, demam tim sepakbola nasional dan euforia kemenangan pun ikut menyedot animo bagi mereka yg sebelumnya bukan penggila bola. Alhasil, puji-pujian pun melayang. Media yg bukan pemegang hak siar (apalagi TV One) dan berbagai acara gosip pun tak ketinggalan menyemarakkan.

Tak banyak yg menyadari bahwa pertandingan semifinal melawan Filipina yg bangkit dengan jajaran pemain naturalisasinya sebenarnya sudah memberi sinyal akan permainan Indonesia yg menurun. Skor kemenangan menjadi tipis dan mental jago kandang keluar. Namun, tentu saja sebagai seorang suporter sejati, keoptimisan tetap harus punya, tak ada yang ingin negaranya kalah perang.

Hanya saja, hal itu tidak disikapi dengan arif. Kemenangan beruntun membuat Indonesia jumawa, merasa telah membawa trofi sebelum dihadapkan dengan final yang sesungguhnya. Tak sepenuhnya salah memang, di pertandingan pertama Malaysia luluh-lantak dicukur 5-1, ini materi pemain yg sama. Terlepas dari kontroversi insiden sinar laser dan pemain yg diinterupsi di ruang ganti saat turun minum, Indonesia yg baru kali itu tanding laga away bagai kehilangan jimat sakti berupa tuah kandang yg selalu menang.

Pelajaran apa yang bisa kita petik dari proses itu?

Indonesia dimanjakan dengan stok pemain 'terbaik', mendapat giliran tuan rumah bahkan laga yg harusnya away ke Filipina, dan hasil berupa kemenangan beruntun. Saya agak lupa dengan Piala Tigar atau AFF sebelum-sebelumnya dimana Indonesia juga menjadi runner-up empat kali tapi saya pikir tidak berjalan se-antiklimaks ini. Saya tidak mendukung Malaysia, tapi saya sungguh salut mereka bisa juara setelah mengawali turnamen dengan kekalahan telak.

Bagaimana dengan Piala AFF yg tengah berlangsung ini?

Keadaan Piala AFF 2012 sangat kontras dengan dua tahun lalu.  Negara lain mungkin masih menganggap Indonesia sebagai tim unggulan (diperkuat kenyataan semua laga ujicoba Indonesia yang belum pernah kalah) tapi sebaliknya di negeri sendiri, suara suporter terbelah seiring dengan kondisi di jajaran kepengurusan dimana KPSI berkuasa atas klub-klub ISL. Terlepas soal dana yg tak kunjung cair waktu itu, timnas kita yang sekarang membawa banyak muka baru dan pelatih orang Indonesia asli sehingga kualitasnya banyak diragukan. Prediksi itu pun seolah tepat setelah di pertandingan pertama, Indonesia hanya bisa menahan imbang Laos yg langganan menjadi lumbung gol.

Awal yang buruk. Nada pesimistis pun muncul.

Namun, justru karena hal itulah timnas kita menjadi mendapat pelajaran dan pengalaman berharga. Kalau langsung menang apalagi dengan skor telak mengingat lawannya adalah Laos, bisa jadi kita akan besar kepala lagi.

Keraguan banyak orang pun terjawab. Logikanya kalau dihitung secara matematis, Malaysia dulu mengalahkan Indonesia dengan agregat 4-2, tapi kini negara harimau itu dihantam Singapura tiga gol tanpa balas. Belum lagi bicara statistik pertandingan, tim garuda kita belum pernah menang melawan tim singa tsb. Kesimpulannya, bisa apa Indonesia lawan Singapura? Nyatanya, semua terbungkam setelah Indonesia mampu menjungkir-balik prediksi menjadi kemenangan 1-0.

Sudah puaskah?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline