Kota Batu telah menjadi kawasan wisata sejak era penjajahan Belanda. Hal ini ditunjang oleh iklim lingkungan alam Batu yang sejuk karena berada di atas tanah pegunungan dengan aliran sungai yang terus mengalir. Alam pegunungan/perbukitan menjadi daya tarik para wisatawan dari Kota Surabaya dan lainnya untuk melakukan kegiatan wisatawan pelancongan.
Kondisi perkampungan wisata mengalami puncaknya ketika diberbagai kawasan Kota Batu dikembangkan oleh pelaku bisnis wisata dengan menciptakan objek-objek wisata buatan, seperti Jatim Park I, Jatim Park II, Dino Park, Baloga, Selekta, BNS, dan lain-lain. Kondisi ini memicu pertumbuhan wisata yang besar, karena Masyarakat dapat memilih sesuai seleranya. Perkembangan tersebut juga disertai dengan tumbuhnya berbagai hotel atau tempat penginapan dan hiburan.
Pada aspek hiburan yang berupa seni pertunjukan masih sangat kurang, karena masyarakat setempat kurang tanggap terhadap peluang bisnis ini, yang dapat digunakan untuk penguat sajian wisata. Terdapat kelompok kesenian yang tersebar di Kawasan Batu, seperti Bentengan, Kuda Lumping, Cidoran, Tari Topeng, Reog, dll., namun belum dikemas menjadi menarik untuk disajikan ke wisatawan. Hal ini disebabkan oleh SDM yang dimiliki oleh komunitas kesenian tersebut yang masih sangat terbatas.
SKI (Sanggar Kerawitan Indonesia) merupakan salah satu grup kesenian yang ada di kawasan Kota Batu yang melibatkan para anak muda sebagai pelaku kesenian tersebut. Grup kesenian ini dipimpin oleh Saudara Bambang, S.Sn., M.Sn., yang merupakan seorang tokoh seni pertunjukkan di kawasan Kota Batu dalam mengembangkan seni pertunjukan tradisional dari alat Gamelan Jawa yang dikemas ke dalam seni musik kontemporer ala perkusi.
Unsur-unsur alat musiknya terdiri dari gong, bonang telu, saron, bedug, dan beberapa instrument lainnya. Beliau berharap ada pihak lain yang memiliki kemampuan dalam mengembangkan tampilan visual alat musiknya ketika disajikan ke objek wisata agar lebih menarik.
Hal ini, ditangkap oleh Prof. Dr. Ponimin, S.Hum., yang merupakan Dosen Seni Rupa Universitas Negeri Malang bersama timnya, yakni Tim Pengembang Program Pengabdian Masyarakat PKM yang terwadahi dalam Program LPPM Universitas Negeri Malang. Hasil diskusi bersama Saudara Bambang, selaku Direktur SKI sekaligus pimpinan grup tersebut, telah disepakati bahwa tampilan rancakan gamelan dari alat musik yang dimiliki oleh SKI tersebut perlu dikreasi dengan ornamen ukir kayu yang lebih menarik.
Oleh karena itu, rancangan desain yang dikreasi oleh Tim Pelaksana LPPM UM ini, mengambil tema kreasi ornamennya dari ornamen ukir Nusantara. Namun pengemasanannya, lebih disederhanakan akan tetapi, tetap mencerminkan ekspresi estetik ornamen Nusantara.
Kreasi ornamen tersebut diperuntukkan pada Gayor Gong pada bagian atas, Saron pada bagian depan, dan Demung Telu pada Rancakan bagian depan atas. Diharapkan hasil kreasi ini mampu mendorong daya tarik wisatawan ketika grup music ini ditampilkan di beberapa sajian wisata Kawasan Kota Batu maupun Malang Raya.