Bumi adalah rumah bagi umat manusia. Bumi adalah tempat kita menghirup udara, tempat kita mencari dan mendapatkan makanan, tempat kita berkarya untuk menghasilkan banyak pengetahuan dan penelitian yang mempermudah kehidupan kita sehari-hari, tempat kita meneruskan keturunan anak cucu yang akan menjadi penghuni bumi di masa depan. Maka sudah selayaknya kita menjaga dan merawat bumi sebaik-baiknya. Fenomena pemanasan global yang terjadi saat ini merupakan salah satu potret sedih manusia yang mulai melupakan rumahnya sendiri, bumi. Manusia mengeksploitasi bumi dengan semena-mena tanpa menyadari bahwa tindakannya menjadi bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Pemanasan global adalah fenomena yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bumi. Ini disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi dan pola konsumsi yang berlebihan. Pemanasan global menyebabkan berbagai dampak seperti peningkatan suhu rata-rata global, perubahan pola cuaca yang ekstrem, naiknya permukaan laut dan banyak lagi. Upaya perlindungan lingkungan dan mitigasi emisi gas rumah kaca menjadi kunci dalam mengatasi masalah pemanasan global.
Pemanasan global juga terjadi di Indonesia yang menjadi salah satu negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia. Emisi karbon merupakan salah satu penyumbang terbesar terjadinya pemanasan global. Sepanjang tahun 2022 Indonesia menghasilkan 700 juta karbon per tahun yang diakibatkan dari tingginya penggunaan energi fosil (batu bara), alih fungsi lahan dan deforestasi.
Data dari Trend Asia menyebutkan 43,59% emisi karbon di Indonesia berasal dari deforestasi hutan. Deforestasi di Indonesia merupakan masalah serius yang telah terjadi selama beberapa dekade sebagai akibat dari beberapa faktor seperti berikut :
- Pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan, terutama kelapa sawit dan karet menyebabkan deforestasi yang luas di Indonesia
- Eksploitasi sumber daya alam seperti tambang batu bara juga menyebabkan deforestasi yang signifikan
- Pembangunan jalan, bendungan dan proyek infrastruktur lainnya
- Penebangan liar (illegal logging) menjadi kontributor besar terhadap deforestasi.
Deforestasi menyebabkan hilangnya habitat bagi satwa liar, peningkatan emisi karbon karena pelepasan karbon dari pembakaran hutan dan dampak sosial ekonomi bagi masyarakat lokal yang bergantung pada hutan untuk kehidupan mereka. Berbagai langkah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mengatasi deforestasi melalui kebijakan perlindungan hutan, program restorasi hutan dan penegakan hukum terhadap aktivitas ilegal di hutan Indonesia. Namun tantangan besar masih ada dalam menangani deforestasi dan mempromosikan keberlanjutan pelestarian lingkungan di Indonesia karena pemerintah tidak mungkin berjalan sendirian. Tiap warga Indonesia harus mempunyai kesadaran dan berperan aktif melakukan pelestarian lingkungan mulai dari hal sederhana yang bisa dilakukan dari diri sendiri.
Gerakan #nabung oksigen merupakan gerakan pelestarian lingkungan yang dipelopori oleh Komunitas Rumah Bintang di Bandung, Jawa Barat. Komunitas Rumah Bintang atau yang biasa disingkat Komunitas Rubin secara rutin melakukan penanaman bibit pohon di beberapa area hutan sekitaran Bandung. Komunitas Rutin juga mengajak siapa saja yang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan untuk ikut serta dalam gerakan #nabung oksigen baik itu melalui korporasi, kelompok maupun secara individu. Gayung bersambut menanggapi 'ajakan' tersebut kelompok mahasiswa Universitas Siber Asia Jakarta berkolaborasi dengan Komunitas Rubin melakukan aksi nyata dalam gerakan #nabung oksigen sebagai bentuk aktualisasi pelestarian lingkungan di penghujung Januari 2024 yang lalu.
Pada Sabtu pagi, 27 Januari 2024, perwakilan tiga orang mahasiswa dari Universitas Siber Asia Jakarta melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Kurang lebih 1,5 jam waktu yang ditempuh dari Kota Bandung ke lokasi penanaman bibit pohon yang berada di kawasan hutan alami di kaki Gunung Tilu, Gambung , Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Jawa Barat. Lokasi penanaman merupakan bagian dari Kebun Gambung sebagai Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung yang dikelola oleh PT Riset Perkebunan Nusantara. Dari Kebun Gambung, para mahasiswa yang didampingi tim Komunitas Rubin berjalan kaki selama kurang lebih 1 jam menyusuri kebun teh, kebun kopi dan hutan alami di kaki Gunung Tilu untuk mencapai lokasi penanaman. Udara dingin, segar, bebas polusi serta pemandangan yang sangat indah mengalahkan beratnya medan berupa jalan setapak yang licin dan terjal yang harus dilalui oleh tim. Setiba di lokasi para mahasiwa Universitas Siber Asia dibantu Tim Komunitas Rubin segera menanam 60 (enam puluh) bibit pohon secara bersama-sama.