Lihat ke Halaman Asli

Elbie Kevin Iskandar

Mahasiswa S1 Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran

Sastra di Penghujung Hari

Diperbarui: 31 Oktober 2019   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Orang boleh pandai setinggi langit. Tapi selama ia tak menulis, Ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. " -- Pramoedya Ananta Toer

Sastra. Salah satu cabang seni dimana ekspresi dituangkan dalam tulisan. Tempat bercakap entah pribadi kepada dirinya, kepada orang lain. Media curhat, mencari uang, atau sekedar keisengan. Tidak sedikit orang yang menjadikan sastra sebagai pelarian hidup selain musik ataupun rupa. Tidak juga sedikit orang yang menjadikan sastra sebagai pekerjaan.

Dengan sastra, orang-orang akan literasi. Setidaknya, sebelum memulai saya ingin mengajak siapapun yang membaca ini untuk menggiatkan literasi. Mari membaca, mari menulis. Dari hal kecil siapa tau bisa menjadi hal besar. Mari ajak masyarakat Indonesia untuk menggiatkan literasi karena tingkat literasi di negeri ini sangat rendah.

Sebuah pengalaman dari seorang penggiat sastra. Dimana saya sebagai penulis yang merasakannya. Tidak banyak yang bisa saya ungkapkan disini terlebih saya tidak terbiasa dengan berbagi pengalaman kepada orang lain. Sebuah pengalaman dimana pertemanan terjalin dari sastra. Sebuah pengalaman dimana kasih terjalin dari sastra. Bukan, saya bukan seorang mahasiswa jurusan sastra apapun, namun sastra sudah menjadi salah satu dari sekian hal yang menjadi hidup saya.

Saya mungkin hanya satu bagian yang sangat kecil dari penggiat sastra, namun salah satunya. Saya biasa membaca juga menulis puisi ataupun sajak. Bagi saya, tempat ekspresi paling indah dan nyaman adalah menulis, apapun itu bentuknya. Ekspresi apapun akan saya usahakan untuk dituangkan dalam tulisan setelah seharian beraktivitas, dimanapun jika ada waktunya terutama jika ada ide terbesit di kepala.

Cinta saya pada sastra diturunkan dari papa. Beliau adalah sosok yang hebat, bagi saya ia bisa apa saja. Tulisannya indah, terutama persembahannya kepada mama. Persembahan berupa surat bertuliskan puisi dengan tulisannya yang indah. Hal paling romantis yang pernah saya lihat. Sebuah karya untuk sang kasih, persembahan romansa abadi. Karena itulah, saya mencintai sastra dan menjadikannya bagian dari hidup saya.

Hampir semua karya tulis saya terinspirasi dari bapak Sapardi Djoko Damono. Seorang penulis hebat dengan gaya tulisannya yang memikat hati. "Hujan Bulan Juni" baik itu kumpulan puisinya atupun trilogi novelnya menjadi hal yang favorit bagi saya.

" aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada "

  • Aku Ingin , Sapardi Djoko Damono

Saya pernah berbincang dengan beberapa teman saya mengenai sastra baik itu puisi maupun yang lainnya. Beberapa ada yang bilang itu adalah hal melow, melankolis, berlebihan, alay dan lainnya. Ada juga yang bilang bahwa itu keren, hebat, bakat, dan hal baik lainnya. Persepsi orang memang berbeda dan tidak bisa dipaksakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline